Tiga
hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, yaitu:
(1) harus menjaga perintah-perintah Allah,
(2) harus menghindar dari segala yang haram,
(3) harus ridha dengan takdir Yang Maha Kuasa.
Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal ini. Berarti, ia harus
memutuskan untuk ini, dan berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini serta
mengikat organ-organ tubuhnya dengan ini.
Ikutilah
(Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan
menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu
keburukan pun kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit
pun. Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah;
berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah dalam
ketaatan dan jangan berpecah-belah. Saling mencintailah dan jangan saling
mendendam. Jauhilah
kejahatan dan jangan ternoda olehnya.
Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu; jangan menjauh dari
pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya.
Segeralah
bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu
dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang maupun malam; (jika kamu
berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia,
terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu Allah,
menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga dan tinggal di dalamnya
untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria dengan hurhur bermata
putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, dengan
karunia-karunia lainnya; termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para
syahid, dan para shaleh di syurga yang tinggi.
Apabila seorang hamba Allah mengalami
kesulitan hidup, maka pertama-tama ia coba mengatasinya dengan upayanya
sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada
raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal ini pun
gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha
Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu
mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian pula
bila ia berhasil karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperolehi pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya
dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri,
memuji, memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha
Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia
sedemikian kecewa terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud
melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala
aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha
Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat
haqqul yaqin (* tingkat keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan
dengan mata kepala dan mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan
segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia;
tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah,
tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan
dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan,
kecuali karena ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan,
dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke
keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya
sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya
dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat
sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau
mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat
ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat
kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha,
bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa
enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingati-Nya;
makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia
bertumpu pada-Nya, memperolehi petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan
termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka
segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
Bila
kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah merahmatimu," Allah
melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah merahmatimu," Ia mematikan
kehendakmu; "Semoga Allah merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu
dalam kehidupan (baru).
Kini
kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi; dikaruniai
kemudahan dan kebahagiaan nan abadi, dirahmati, dilimpahi ilmu yang tak kenal
kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan, hingga tak terhina lagi;
senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa termuliakan; senantiasa
tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh segala harapan, dan ibaan pinta orang
mewujud pada dirimu; hingga kau sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara;
tersembunyi dan terahasia.
Maka,
kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah puncak
wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala kesulitan
terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni melalui do'amu; dan sirnalah
melalui do'amu, segala petaka yang menimpa orang-orang di desa terpencil pun,
para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para pengikut, dan semua
ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (kalau boleh disebut begitu)
bagi kota-kota dan masyarakat.
Orang-orang
bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi
kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya. Lidah
mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di manapun mereka berada.
Tiada dua orang Mukmin berselisih tentangmu. Duhai, yang terbaik di antara
penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allahlah Pemilik segala rahmat.
Bila kau melihat dunia ini, berada di
tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa
mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan
bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan
kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini -
berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan
diri, dan karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu)
kau enggan memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu,
begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan
penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa
nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bagianmu
menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi
pilihan-Nya: "Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada
beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji
mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
(QS.20 -Thaaha :131).
Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan
perintah Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi
bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri
sepenuhnya dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda
lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh
sarana-sarana duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat,
menghindarkan kemudharatan; dan tidak bergerak demi kepentingan peribadi, dan
tidak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu,
tidak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada
Allah, karena Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana
kuasaNya, ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan ketak-pernahan
menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak satu tujuan pun
termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam
dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka pasiflah organ-organ tubuh,
hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah wajah dan rohanimu, dan kau
atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya.
Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru
namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan
busana rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah
mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada
dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air,
atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga rohanimu
menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan
adialami akan ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu,
padahal sebenarnya dari Allah.
Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya
telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru
dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah
bersabda: "Tiga hal yang kusenangi dari dunia - wewangian, wanita (isteri
solehah) dan shalat - yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh,
hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana
telah kami isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang
patah hati demi Aku."
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila
kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah
menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau
berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka
Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini
Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih
maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa') dengan
Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang putus asa
demi Aku, " Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah
kemasih-kukuhan dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam
sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang
beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat
sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah
mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi
matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan
menjadi kakinya, dengannya ia berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah
keadaan fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan menenggelamkanmu ke
dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat,
kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana
(penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para wali.
Para wali terdahulu, dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir
hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah mereka
disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah).
Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak Allah,
adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang
Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka
sehingga mereka sadar dan berlindung kepada Tuhan, karena tidak satu pun mutlak
bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci
dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin
dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tidak terlindungi. Tentu,
para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak.
Kendati mereka tidak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, karena
mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah
melimpahkan rahmatNya dan menyadarkan mereka.
Keluarlah
dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada Allah,
jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa perintah-perintah-Nya,
hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan segala yang diharamkan-Nya.
Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu.
Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan
menolak pematuhan kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam
hati, berarti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan
menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan
kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu
membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Karena itu, jagalah
perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam
segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun.
Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang musyrik. Allah
berfirman: "Barang
siapa mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan
amal saleh dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)
Kesyirikan tidak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan
menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik.
Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan dalam sesuatu
selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan
terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperolehi keamanan. Jangan menganggap
dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu, berkat kau sendiri. Maka, bila
kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada
orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari,
keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan hati-hati
mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap
abadi, berubah, hingga kau dimalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah
pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan perbincangkan dengan orang lain.
Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam
pengetahuan, nur, kesadaran dan pandangan. Allah berfirman: "Segala yang Kami nasakhkan,
atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau
yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu." (QS
2.Al Baqarah: 106)
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap
ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam
hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah
yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekan, dikumandangkan di
masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan
rohani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup
awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan
pula, bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus
kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia
diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena sebaik-baik
seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Karena, dengan
begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam mutu
yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang
dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya
kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka
turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan
tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu
Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa
bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan beradalah ia pada peringkat
wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam di dunia dan akhirat. Maka
menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat
sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan abadi mereka. Maka, ikutilah
Nabi Muhammad Saw., kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam,
pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan
berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu' dalam segala
keadaan kehidupan.
Bila
kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal yang lain, baik yang
lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di pintu gerbang
istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana itu, kecuali terpaksa.
Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah terus-menerus. Dan jangan
menganggapnya sebagai izin masuk, karena mungkin saja Raja menjebakmu. Tapi,
bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan
demikian, sang Raja takkan menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika
kau toh dihukum, tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan,
ketaksabaran, kekurang ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan
kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena terpaksa, masuklah dengan
penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak dan
indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa mengharapkan kemajuan
dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada Rasul pilihan-Nya : "Dan
janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada
beberapa golongan dari mereka sebagai hiasan hidup, untuk Kami uji mereka
dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi." (QS 20. Thaahaa:
131)
Dengan firman-Nya: "Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah
memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri
karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut:
"Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu - kebaikan, kenabian, ilmu,
keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu - lebih baik dan
lebih berharga di banding semua yang Kuberikan kepada yang lain." Jadi,
segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan
menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi
bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang
kepadamu, suka atau tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut, bila kekurang
layakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan
ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau
bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin seorang arif
menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa seluruh kebaikan
dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau
dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah
kami nyatakan, mesti sadar diri, tenang, dan berlaku baik. Kau mesti berbuat
lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat
kepada mara bahaya.
Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak punya
pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketidak bersyukuran atas
rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan terhina, baik di dunia
maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana yang telah kami nasehatkan
kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah maqam yang teguh, dan takkan
tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena itu, tambatkanlah
padanya dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan perubahan rohani)
adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat rohani) adalah milik para
badal.
KehendakNya
terwujud, secara kasyaf (penglihatan rohani) dan musyahida
(pengalaman-pengalaman rohani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau
nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal (keagungan), dan
jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan,
dan sedemikian menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani.
Diriwayatkan bila Rasulullah shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air
mendidih di dalam ketel, karena intensitas ketakutan yang timbul dari
penglihatan beliau akan Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan bahwa pilihan
Allah, Nabi Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami keadaan yang
serupa.
Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan refleksiNya pada hati manusia
yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan
kegembiraan atas kelimpahan karuniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban
denganNya -- yang kepadaNya segala urusan mereka kembali -- dan atas takdir
yang telah ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah karunia dan rahmatNya, dan
pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini dilakukan agar
mereka tidak melampaui kadar cinta yang layak dalam keinginan mereka akan hal
itu, dan karenanya, hati mereka takkan berputus asa, kendati mereka jumpai
berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai
datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan
kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka lembut, karena Dia bijaksana,
mengetahui, lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering
berkata kepada Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah
hati kami," Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa
shalat, agar merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita
bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda: "Dan mataku sejuk, bila aku
shalat."
Sungguh
tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya. Kedirian manusia
bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh kepada Allah dan milik Allah,
demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk sekaligus milikNya.
Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh dambaan-dambaan palsu. Nah, jika
kau menyatu dengan kebenaran, dengan menundukkan dirimu sendiri, maka kau
menjadi milik Allah dan menjadi musuh dirimu sendiri. Allah telah bersabda
kepada Nabi Daud as: "Wahai Daud, Akulah tujuan hidupmu, yang tidak
mungkin kau elakkan. Karenanya berpegang teguhlah kepada tujuan yang satu ini;
beribadahlah sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata
karena Aku." Maka keakrabanmu dengan Allah dan pengabdianmu kepadaNya
menjadi kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu yang suci sungguh menyenangkan.
Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi dan
takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras denganNya,
karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi kepadaNya.
Firman Allah: "Dan tak ada sesuatu pun melainkan bartasbih memujiNya,
tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka." (QS 17:44). Maka segala sesuatu
di alam raya ini menyadari keridhaanNya, dan mentaati perintah-perintahNya.
Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung berfirman: "Lalu Ia berkata
kepadanya dan kepada bumi, 'Hendaklah kamu berdua datang dengan suka ataupun
terpaksa', Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS 41:11).
Jadi, segala pengabdian kepadaNya terletak pada penentangan terhadap kedirian.
Allah berfirman: "Dan janganlah engkau turuti hawa nafsumu, karena ia akan
menyesatkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26). Ia juga berfirman:
"Hindarilah hawa nafsumu, karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang
menentangKu di seluruh kerajaanKu, kecuali nafsu jasmani manusia." Suatu
ketika Abu Yazid Bustami bermimpi bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya:
"Bagaimana cara menjumpaiMu ?" JawabNya: "Buanglah keakuanmu dan
berpalinglah kepadaKu". "Lalu", lanjut sang Sufi, "aku
keluar dari diriku bagai seekor ular keluar dari selongsong tubuhnya."
Jadi, segala kebajikan terletak pada memerangi kedirian dalam segala hal dan
segala keadaan. Karena itu, jika berada pada kesalehan, tundukkanlah kedirian,
hingga kau terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhah *) dari pertolongan
mereka, dari ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut terhadap mereka atau
dari rasa iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhah: sesuatu yang
meragukan tentang halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan sesuatu dari
mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya bila kau bergaul
dengan orang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi mewarisi hartanya,.
Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan anggaplah mereka itu pintu
gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon yang kadang berbuah dan kadang
tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu terjadi oleh satu pelaksana, dirancang
oleh satu perancang, dan Dialah Allah, sehingga kau beriman pada Keesaan Allah.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tidak menjadi korban keyakinan kaum
fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tidak satu pun terwujud, kecuali atas
izin Allah Ta'ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, karena yang
demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahwa tindakan-tindakan
manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, berarti kau tidak beriman, dan
termasuk dalam golongan Qadariyyah. Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi
makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita
lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan dengan mereka (manusia), dan
pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka dengan perintahNya pula, dan jangan
melampaui batas ini, karena hukum Allah itu pasti menentukanmu dan mereka;
jangan menjadi penentu diri sendiri. Kemaujudanmu bersama mereka merupakan
takdirNya. TakdirNya merupakan 'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini
dengan pelita sekaligus penentu; yaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah
Rasul. Jangan tinggalkan kedua-duanya. Tapi bila di dalam fikiranmu melintas
suatu gagasan, atau kau menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada Kitab
Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas
pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan
dan ilham seperti itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal dari setan
yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan
ilham itu - seperti pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum,
seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain - maka jauhilah pula
gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan
dorongan hewanimu, karenanya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di dalam Kitab Allah dan
Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak mengerti -semisal kau
diminta pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi seseorang yang saleh, padahal
melalui karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke
tempat itu, atau menemui si orang saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu
melakukan sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu sendiri: "Benarkah ini
ilham dari Allah dan mesti aku laksanakan ?" Adalah Sunnah Allah,
mengulang-ulang ilham semacam itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya
atau menyibakkan isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah - suatu isyarat yang
hanya bisa dimengerti oleh para wali yang arif dan para badal yang teguh.
Karena itu, kau mesti tidak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat dan
tujuan akhir urusan, cobaan, bahaya dan sesuatu rencana ghaib dariNya.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya bagimu. Bila tindakan itu
atas kehendakNya, dan kau diantarkan ke maqam itu, maka bila cobaan
menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, karena Allah tidak akan
menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri, namun Ia akan
menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal. Pertama, mengambil dari sarana
penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, dan mesti menghindari segala pemanjaan
kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu
kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang tersembunyi. Kedua,
berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh
hambaNya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti
ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tidak ada hukum yang jelas; yakni
hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tidak terwajibkan, dengan kata lain
'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk bertindak,
dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tidak boleh mengambil prakarsa, tetapi
menunggu perintah yang berhubungan dengannya. Bila menerima perintah itu, ia
taati. Dengan demikian semua gerak dan diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras dengannya. Bila tak ada
kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi.
Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperolehi hakikat. Bila kau telah
sampai pada kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu) atau
peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia,
suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan rohaninya, orang
arif, yang amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah dari
Yang Maha Pengasih, kepercayaanNya (alaihimussalam).
Untuk mentaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari
ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus terhindar
dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kau
menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi perintahNya, bukan
pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau mayat yang
dimandikan, atau pesakit tak sadarkan diri di hadapan sang doktor, dalam segala
hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
Apabila
timbul di dalam benakmu keinginan untuk menikah, padahal kau fakir dan miskin,
dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah senantiasa akan
kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti itu, atau yang
mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu,
(entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu
menanggung beban hidupmu itu, dengan mengkaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu
dan memudahkanmu di dunia dan akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau
bersyukur, karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka
ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa
menambah karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Maka bersabarlah, tantanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada
perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah
akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman: "Hanya
orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa
batas." (QS. Az Zumar : 10)
Apabila
Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari
kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu dari Nya di dunia dan di akhirat.
Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu, menjadikanmu papa dan melarat,
sebagai hukuman atas kepalinganmu dari Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan
karuniaNya.
Tetapi, bila kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan
itu, Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan
menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. Karena itu,
hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan hidup di akhirat
terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid, dan para shaleh.
Jangan
berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis datangnya
sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika ia sudah ditakdirkan
untukkmu, baik kau suka atau pun tidak suka. Bencana akan menimpamu, jika itu
takdir bagimu, entah suka atau tidak suka, dan kau coba menangkisnya dengan
do'a, atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan hati demi mendapatkan
keridhaanNya.
Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu. Jika itu suatu
rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba
tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaanNya.
Atau coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat
mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau miliki.
Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang lain dalam
perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya mentaati dan berakrab dengan
perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para Shiddiq,
para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau mencapai keakraban sedemikian rupa
dengan Allah hingga memungkinkanmu melihat maqam orang-orang yang telah
mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang
yang dekat denganNya dan telah menerima segala kenyamanan, kesenangan,
keamanan, kehormatan dan rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan rintangi jalannya. Jangan
menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan dan
penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran api
neraka.
Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas bumi, dan di kolong langit
ini, Rasulullah Muhammad saw, diriwayatkan, bersabda: "Sungguh, api neraka
akan berseru kepada orang-orang beriman 'Wahai mu'min, cepatlah berlalu karena
cahayamu mematikan nyala apiku' "
Nah, bukanlah nur seorang mu'min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah
cahaya yang kita temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh
kepada Allah dan yang kafir ? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana.
Sedang kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang memadamkan
panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk menghancurkanmu, tapi mengujimu,
mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, dan memberimu secara
rohani, kabar baik dariNya tentang kehendakNya atasmu. Allah berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar kami
nyatakan hal ihwal kalian. " (QS: 47:31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian sesuai dengan
ketentuanNya - dan hal ini berkat pertolonganNya - maka meski kau tetap
bersabar, serasi denganNya dan penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan segala
pelanggaran terhadap perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri maupun
orang lain. Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan seksama dan segeralah
melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan takdir Yang
Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, jangan membuang-buang waktu,
segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah kepadaNYa, rendahkanlah dirimu di
hadapanNYa, mohonlah ampunanNya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan
perintahNya, dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu kepadaNya.
Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh
sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepadaNya atau oleh kebanggaanmu, atau oleh
kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri
menyekutukanNya dengan dirimu sendiri atau dengan makhlukNya. Akibatnya, Ia
menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup
pintu pertolongan bagimu, Ia palingkan kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia
menjadi marah kepadaMu, dan menjauhkan diri darimu. DibiarkanNya, kau sibuk
dengan cobaan-cobaanmu di dunia ini, dengan kedirianmu. Tidak taukah kau, bahwa
hal ini membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatanNya, Ia
yang telah menciptakanmu, memeliharamu, dan mengkaruniaimu sedemikian banyak
ni'mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain Allah ini tak memisahkanmu dariNya.
Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain Allah, sebab Dia menciptakanmu
semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka janganlah berlaku aniaya terhadap
diri sendiri, sehingga disibukkan oleh segala yang bukan perintahNya. Yang
demikian itu, menjerumuskanmu ke dalam api neraka yang bahan bakarnya manusia
dan bebatuan, dan kau pasti menyesal, tapi penyesalanmu tiada berguna dan kau
berdalih, tapi tiada dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi
takkan ada pertolongan. Kau coba menyenangkan Allah, tapi sia-sia.
Kau minta dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus
kesalahan, tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk
mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan rohanimu, dan
ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi lingkunganmu dengan
cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan tujuan. Pegang teguhlah semua
perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di bawah petunjuk keduanya, jalan
menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan menumbuhkanmu. Jangan kufur
ni'mat kepadaNya, Ia yang telah menciptakanmu dari debu, dan dari setitis mani
dijadikanNya kau seorang manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan
perintahNya, dan jangan menganggap sesuatu itu buruk, bila tak tegas-tegas
diharamkanNya. Bila kau serasi dengan perintahNya, seluruh makhluk hormat
kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala
yang tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada. Allah telah berfirman :
" Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada ilah (sesembahan) selain Aku.
Bila Aku katakan 'Jadilah', maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, maka akan
Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata 'Jadilah', ia akan maujud. "
"Wahai bumi,
hormatilah orang-orang yang memujiku, dan susahkanlah orang-orang yang
memujamu."
Maka, bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai seorang yang
lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang remuk
hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari pesona-pesona duniawi dan dari
segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan tak terurus, bak gedung tak
berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di dalamnya tidak ada jejak-jejak
kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak lahir, bagai seorang
buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu
dan kasar, seakan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan kedua
tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu gemetar dan
penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan, seakan akalmu
gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka, kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya,
sebagaimana kau mesti enggan tak berghairah terhadap semua yang diharamkanNya,
dan berlaku bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya. Nah, teguklah sirup
ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas dari kedirian,
sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan lepaskanlah dirimu dari
belenggu nafsu, dan dengan demikian terperbaruilah dirimu menjadi pribadi yang
rohaninya sehat dan sempurna.
Wahai
budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani. Kau
adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu adalah
dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya melihat dunia ini,
sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau pencinta ciptaan, sedang
mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada yang di bumi, sedang hati mereka
terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang kau lihat, sedang mereka
tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya melihat sang Pencipta
segalanya, yang tak mungkin terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-orang ini
meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka terjamin, sedang kau tetap
menjadi korban nafsu duniawi.
Orang-orang ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi dan kedirian. Dengan
demikian, mereka melicinkan jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan Yang
Maha besar, yang menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih kemaujudan yang
baik; kepatuhan kepada Tuhan. Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada
yang dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban
mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan.
Maka kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian mereka.
Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka, bagai syurga
layaknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, mereka melihat di balik sesuatu
itu penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan langit
dan menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Karena Tuhan mereka telah
menjadikan mereka pasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh.
Orang-orang ini adalah yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan ditebarkan-Nya
di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga salam dan
rahmat-Nya, selama bumi dan langit maujud.
Aku
melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, yang di
dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain. Aku berkata
kepada diriku: "Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan
orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya",
lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah
seorang dari mereka bertanya: "Kenapa Anda diam ?" Jawabku:
"Jika kalian berkenan, aku akan bicara". Lanjutku, "Jika kalian
menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan
lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan
meminta sesuatu pun kepada mereka, harta di dalam benak, sebab meminta di dalam
benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah
selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia
naikkan derajat beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke
derajat tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat
terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka di
tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke derajat
terendah, diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka harapan
dinaikkan ke derajat tertinggi." Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
Tidak
ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu
kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan perolehan. Manusia
termasuk penghalang bagimu dalam mencari rezeki yang sesuai dengan sunnah
Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada manusia, selama
itu pula kau mengharapkan kesudian dan huluran tangan mereka, bahkan kau
meminta dengan bersedih hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini
termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimbal dengan
(dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber rezekimu, semisal
kehilangan pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan ketergantungan dan
pengemisanmu kepada mereka dan berlindung kepada mata pencarianmu, hidup
dengannya, dan lupalah kamu akan ridha Allah, maka hal ini juga termasuk
syirik, malah lebih berbahaya dari yang pertama, karena kemusyrikan semacam ini
halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas
kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala
kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada mata
pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi Rezeki, Pencipta
segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari nafkah, Pemberi segala kebaikan,
dan bahwa rezeki sepenuhnya berada di tangan-Nya, maka rezeki itu kadang
dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau mendapat musibah dan
sedang berupaya mengatasinya. Kadang rezeki itu datang kepadamu melalui upahmu
dari bekerja, kadang rezeki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, hingga kau
tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka
diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya
pintu-pintu rezeki dengan ridha-Nya, seperti seorang doktor merawat pesakitnya
- sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia
menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah
di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bahagianmu
kepadamu, yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak orang
lain, maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bagianmu, dan
diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya kau
kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu disadarkan-Nya kepadamu
sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya.
Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari
segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam
derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat
ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas harkatmu.
Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya.
Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi
Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dan meyakini
ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang yang berjihad demi
Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami."
(QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya Ia mengajarimu, dan memberimu
kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada
kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai
sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala
apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tidak sedikit pun mengandung
kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah berfirman:
"Wahai Bani Adam,
Akulah Allah, tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku berfirman
'Jadilah', ia pun akan maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan Kubuat sedemikian
rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan maujud."
Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa
wali-Nya, dan orang-orang yang sangat diridhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Bila 'bersatu' dengan Allah dan
mencapai kedekatan dengan-Nya lewat pertolongan-Nya, maka makna hakiki
'bersatu' dengan Allah ialah berlepas diri dari makhluk dan kedirian, dan
sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya. Nah,
inilah keadaan fana (peleburan), dan dengannya itulah 'menunggal' dengan Tuhan.
'Bersatu' dengan Allah tentu tak sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya.
Bukanlah Ia telah menyatakan: "Tak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya,
dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat." (QS. 42:11)
Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal
oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan, dan
khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahasia yang tak
dapat diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu
rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh
kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, walaupun mungkin suluk
si murid sudah mendekati ambang pintu maqam rohani sang syaikh, ia terpisah
dari syaikh-nya, dan Allahlah yang menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan
hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang berhenti
menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya hubungan dengan
ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh diperlukan, selama si murid
masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi, begitu kelemahan
manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda dan kerosakan, dan ia
tak lagi membutuhkan sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas,
kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali
Allah, di kala suka maupun duka, ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai
Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya.
Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya , dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah
selalu kepadanya-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Jangan biarkan hatimu
tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan
besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada
sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, bergelombang
dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas singgasana yang tinggi,
bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai senjata bidik. Lalu mulailah sang
raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan.
Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua, dan memalingkan
penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada raja itu, tak
berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan
untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini
tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah (
mata hati), dari keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah
keakraban, dari ketersesatan sesudah memperolehi petunjuk, dan dari kekufuran
sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari airnya bertambah, dan
itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala kesenangan duniawi. Sedang
anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan ujian hidup manusia.
Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan
hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya mengatasinya. Bahkan semua karunia
dan nikmat yang diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena itu, bila seorang cerdik-cendekiawan sudi menyigi masalah ini
terus-menerus, maka ia akan memperolehi pengetahuan tentang hakikat, bahwa tak
ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah saw. Bersabda:
"Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."
ihwal
semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi
saw.: "Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan syurga bagi
seorang kafir."
Beliau juga bersabda: "Orang saleh terkekang." Bagaimana bisa hidup
enak di dunia ini, bila diingat hal ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki
terletak pada hubungan sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Bila kau lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu
dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keredhaan-Nya.
Janganlah
kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada siapa pun, baik
kepada kawan maupun lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas semua
takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Beritakanlah
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang
dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukur atas semua itu. Kedustaanmu
menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang
kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah
ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu
hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya." (QS.
14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari! Jangan
merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal
ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya, merasa
senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat.
Segala suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam
mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semata-mata karena kehendak-Nya.
Dialah penentu derajat mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang
mampu menjadikannya hina. Dan barangsiapa dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu
menjadikannya mulia. Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak
seorang pun sanggup mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat
melimpahkan kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah,
bila kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak,
dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut
kembali nikmat-Nya darimu, mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan
kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau
menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu
digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu!
Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan oleh
keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha
pengasih, Maha adil, Maha sabar, Maha pengasih, Maha penyayang, dan yang
lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang doktor yang sabar,
pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si pesakit. Dapatkah kau temui
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.
Nabi Suci saw., telah bersabda:
"Allah
lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya berbanding seorang ibu terhadap
anaknya."
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik.
Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya
karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri
kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya. Jika
masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang,
dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang
kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan
mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah
Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).
Pengetahuan ihwal hakikat segala suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari
penglihatanmu oleh tabir. Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam
membenci ataupun mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam
segala keadaan, jika kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka
ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Ridhalah atas
ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke dalam
keadaan badal, ghauts dan shiddiq.
Bertolaklah senantiasa dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya,
gantilah dirimu dan hasratmu (dengan kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari
segala keluhan. Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengurniamu
kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu, karena
ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka
tak layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tidak seorang
pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana
tidak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan bau
busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan pembersih diri.
Nabi saw. Telah bersabda: "Demam sehari dapat meBila kau lemah iman,
bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi, sehingga keimananmu tak
sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini jadi kuat dan mantap di dalam
hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya kamu pada hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di sisi Kami."
(QS.12:54), dan menjadilah kau salah seorang yang terpilih, bahkan yang
terpilih dari yang terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya,
sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala selain
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau menjadi ridha kepada-Nya, kepadamu
dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan terahmati atas semua
tindakan-Nya.
Maka kepadamu dijanjikan sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda
kepuasan ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi.
Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa
cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah,
disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna perubahan
janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan kemampuan memelihara
keadaan rohaniahmu.
Lalu, kepadamu dianugerahkan derajat rohani, yang didalamnya dipercayakan
kepadamu rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati,
kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan
semua makhluk, baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di dunia
dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka orang tunduk kepada-Nya,
cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di dalam
kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah dihantarkan-Nya ke tempat yang amat tinggi,
dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini
dimusnahkan dan dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan
serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan
dilimpahkan kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu
dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di dalam taman
yang abadi.
Tapi, bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu pun, tak berharap
kepada siapa pun, tak condong kepada apa pun - karena kau sadar bahwa kehidupan
di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya menyesatkan yang mencintainya -
tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah menciptakan, mewujudkan, menahan
dan melimpahkan segala suatu, yang telah membentangkan bumi dan menegakkan
langit, maka kepadamu dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu
saja, ini semua diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan
dari semua hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat
sebagaimana yang telah kita bicarakan.nebus
dosa sepanjang tahun."
Nabi
Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan
keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah segala yang
tidak menimbulkan keraguan pada dirimu."
Bila sesuatu yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit
pun keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda:
"Dosa menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam
keadaan begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka
lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu sebagai
tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari
Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka
ingatlah bahwa Dia SWT tak memerlukan diingat, Dia tak lupa kepadamu dan
selainmu. Ia yang Maha kuasa lagi Maha agung memberikan rezeki kepada para
kafir, munafik dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu,
duhai yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh
kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan
malam.
Sabda Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan
di benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu
untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan sesuatu pun
dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk menerima karunia
Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Karena itu, hanya ada satu, yang
kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan, iaitu Tuhanmu, Yang Maha
perkasa lagi Maha agung, yang di tangan-Nya kening para raja dan hati manusia,
yang adalah raja tubuh, berada - iaitu bahwa hati mengendalikan tubuh - tubuh
dan uang manusia adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan
kepercayaan-Nya.
Bila mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah
dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah SWT berfirman:
"Mintalah kepada Allah karunia-Nya."
"Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karena
itu, mintalah karunia dari Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia berdoa
kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu."
"Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan." "Sesungguhnya
Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
Aku
melihat syaitan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah kerumunan
besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si syaitan itu berkata kepadaku,
"Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan
keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah
menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa
yang ada di tanganku?" Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut
ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia
tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad,
12 Zulhijjah 401 H.
Allah
menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang kuat, maka
cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada cobaan seorang
Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi. Cobaan Nabi lebih
besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang badal lebih besar daripada
cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan keyakinannya.
Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda: "Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah
orang yang paling banyak diuji. Oleh karena itu, Allah terus menguji
pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan
tidak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah
orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan
pernah ingin menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari
kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa
senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini
merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur
lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka, kehendak mereka terhadap
segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan
kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keredhaan mereka kepada
takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka
dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan
musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan
hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha,
pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha
dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan kekuatan. Allah SWT
berfirman: "Jika kamu bersyukur tentu akan Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya
perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan
kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit.
Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak
memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi
wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati
kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya,
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak segera
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin
dari Allah agar kamu senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
Pegang
teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib
mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau akan
ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi ini, akhirat,
kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang mengenakan matamu.
Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya,
sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari
itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu. Jangan mengambil atau
memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan
diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan
kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan
Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman: "Dan demikianlah
Kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain
disebabkan oleh yang mereka upayakan." (QS.6:129)
Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya berdaulat, yang Maha kuat,
yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya
sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang
pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya dalam, yang Maha adil, yang dari-Nya
tak zarah pun tersembunyi baik di bumi maupun di langit dan tidak kezaliman
para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni siapa pun yang menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni
selain itu yang dikehendaki-Nya." (QS.4:48)
Berupayalah sekuat daya untuk senantiasa tidak menyekutukan Allah. Jangan
mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan
malam baik sendirian maupun bersama manusia. Waspadalah terhadap segala bentuk
dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak ataupun
tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan mencengkaumu. Jangan
bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan melumatkanmu; jangan
salahkan aturan-Nya, agar kau tidak dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar
kau tidak dilupakan-Nya dan tidak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di
dalam rumah-Nya agar kau tidak dibinasakan-Nya; jangan berkata tentang
agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau tidak binasa, agar hatimu tidak gelap,
agar iman dan pengetahuanmu tidak tercabut darimu, agar kau tidak dikuasai oleh
kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan
termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata
lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan
disiksa di akhirat terus-menerus.
Jauhilah
sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang Maha mulia lagi Maha agung.
Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya
mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas
kepatuhan dan kerendah hatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan tidak
memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi atau
ukhrawi, tidak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa kau adalah
hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya adalah milik tuannya,
sehingga ia tidak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku baiklah dan
jangan salahkan Tuhanmu. Segala suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia
majukan, tidak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya,
tidak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala
keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di akhirat dan
sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu
karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah mendengar
dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman: "Tiada jiwa pun
yang tau apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakkan mata,
sebagai balasan atas apa yang telah mereka perbuat." (QS 32:17) yaitu
balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya
pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang
demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya
tak memungkinkan air, pohon, tumbuhan dan buah-buahan mewujud.
Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan
tumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga
segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan
tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tumbuhan dan
pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan
menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha agung menghendakinya dihuni dan
ceria.
Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya dan hampa akan yang mengisi pohon
imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan
kemaujudannya tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau lihat pada
pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah kulukiskan
bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya.
Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, yang kau dapati padanya, -
andaikata semua ini tercerabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu
akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan
murtad, - jika Allah tidak mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran,
keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan rohani, yang memperkukuh imannya,
maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan dengan lenyapnya
kekayaan dan karunia.
Jangan
berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya telah
memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, yang telanjang,
yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut dunia, di setiap masjid
dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari setiap pintu, yang terhancurkan,
yang jemu dan yang kecewa dengan segala keinginan dan kerinduan hati - jangan
berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah
menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tidak mengukuhkan
jiwamu, telah menghinakanmu, dan tidak mencukupimu di dunia ini, telah
menggelapimu, tidak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan
kepada selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan
mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan
nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan
kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran,
kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid menimpamu. Maka
pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang
dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap
hari kian besar sehingga tidak perlu lagi pertumbuhannya dibantu. Allah
tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tidak
suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan
cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang bukan milikmu tentu:
1)
Ia akan menjadi milikmu, atau
2)
Ia akan menjadi milik orang lain.
Jika
ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga
pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan milikmu, maka kau
akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia
takkan bertemu. Allah berfirman: "Dan jangan kamu tujukan kedua matamu
kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai
bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengan-nya. Dan karunia
Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS 20:131) Nah, Allah telah
melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu.
Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah cobaan, yang dengan-nya
Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik bagimu,
lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang
melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan
keindahan. Allah berfirman:
"Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan
bagi mereka, yaitu yang akan mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah
mereka perbuat."
(QS 32:17)
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala
dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah selain
yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan kami kemampuan
untuk melakukan yang disukai-Nya. Tabir penutup dirimu takkan tersingkap,
selama kau belum lepas dari ciptaan dan tidak memalingkan hatimu darinya dalam
segala keadaan hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan
kerinduanmu, selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan
yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur
Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau
menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan
kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari
benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi
dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang
berkepala, dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti,
kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya,
bukannya peluruh penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi
hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam
hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit
keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh
tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di
dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian,
dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak
manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan. Jika
ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus-menerus dan mereka tidak
mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan,
tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban
yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga
meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya,
dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman
dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari
puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan perhatian mereka
kepadamu. Juga, seandainya kau akan beristri cantik, bertanggung jawab atas
dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan
dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati
dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia
akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala
kesulitan karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak
yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu.
Allah
berfirman:
"Dan Kami jadikan isterinya patut baginya." (QS
21:90)
"Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami
dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang
mencegah dari keburukan." (QS 25:74)
"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau
ridhai." (QS 19:6)
Maka
doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tidak masalah kau menyampaikan doa-doa
ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini,
yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat
dan kedekatan Allah.
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu.
Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi
kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu.
Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehinya dalam
kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena
menunaikan salat dan puasa. Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan
hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak
memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan
diberikan kepadamu, sehingga kau tidak mampu membedakan antara yang layak dan
yang tidak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka
urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini,
tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu!
Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah!
Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu!
Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke
depan .
Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke
dalam samudera nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dipakaikan dengan
pakaian nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara,
diberi karunia, dilepaskan dari keperluan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi
kata-kata: "Sesungguhnya
kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS
12:54) Lalu tersingkaplah keadaan Yusuf
dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja
dari Fir'aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah
Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan
kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan
pengetahuan, rohani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di
hadapan-Nya.
Allah
berfirman:
"Dan
demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas negeri (ia berkuasa
penuh) ke mana pun ia suka." (QS 12:56)
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan rohani, Allah berfirman:
"Demikianlah,
agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba pilihan kami." (QS 12:24)
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
"Yang
demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada
Allah." (QS 12:37)
Bila kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak pengetahuan
nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi
rohani dan yang bukan rohani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah,
segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada
di tempat damai dan di syurga yang tinggi.
Anggaplah
kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. Cabang
yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi, buah
yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang
menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua
buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan
buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah
agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa
pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat
dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila
kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini
dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara
yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil
buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu,
otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan.
Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat
menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh
anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu.
Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini
pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. Maka, tak baik
menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada
kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah yang
Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang kau
lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan
penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah
adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi
Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau
lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya
mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan
amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan kasih-sayanng-Nya. Nabi saw.
Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran
amal-amalnya sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda, Ya Rasulullah?"
Ia berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku." Dalam
berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh
Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari
larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah
kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis
dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba
pilihan Kami," (QS 12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika
kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia
lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam
kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu
bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu." (QS
14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap
pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya
Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian
hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada
orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan
ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu,
sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang
kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan
nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya.
Allah berfirman:
"Allah tak menciptakan bagi manusia dua hati." (QS 33:5)
"Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya,
dan menghinakan penduduknya." (QS 27:34)
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati
berada (di awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh
perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya,
yaitu dada, menjadi bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid,
dan pelataran telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah
akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda:
"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia,
sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."
"Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya
daripada kamu."
Siapa pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di
hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah
seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang
baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan
seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya
bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari
pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya
kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di
antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada
mereka." (QS 33:30)
Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini, karena telah
disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkanmereka kepada
Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah
Mahatinggi atas ciptaan-Nya.
"Tiada
menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat." (QS 42:11)
Engkau
menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, padahal kau
masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balasan di dunia ini dan di
akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru!
Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai yang berharap! Pintu tertutup
selama keadaan ini masih berlangsung. Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal
ini masih ada padamu, dan beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam
dirimu. Itulah kontrak kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada satu
penny pun padanya, kau tertutup darinya. Selama kau masih menghisap biji kurma
dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan
sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai
sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat - selama hal-hal ini masih bersemayam
dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. Berhentilah di sini,
sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau dikeluarkan dari tempat peleburan,
dan kau terpakainkan, terhiasi dan menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja
nan agung dan berkata:
"Sesungguhnya
kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya." (QS 12:54)
Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi
minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. Kemudian kau
terbebaskan dari keperluan, karena yang diberikan kepadamu berasal dari hal-hal
ini dan terbebaskan dari keperluan segala suatu. Tidakkah kau lihat kepingan
emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual
obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan
lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian
kepingan-kepingan ini dikumpulkan dan memasukkan ke dalam tempat peleburan
logam; lalu kepingan-kepingan ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan
darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan
kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci,
dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah jembatan,
dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian, kepingan-kepingan emas
itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para raja dan istana setelah
dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa
bersabar dengan karunia-Nya, dan berpasrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan
didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan
segala pengetahuan serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat
bersama dengan para Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah,
dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya. Maka
dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan
takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yang demikian,
,maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan
tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.
Nabi
Suci saw. bersabda: "Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran."
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya,
diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa apapun yang akan datang
kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tidak mencapainya, tidakakan
datang kepadanya, dan bahwa: "Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan
baginya jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangkanya dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS
65:2-3)
Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah mengujinya
dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh kerendah dirian;
tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.: "Kefakiran mendekatkan
kepada kekafiran," berlaku. Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan
darinya segala yang merundungnya, terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan,
dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila
Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya
pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh
Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak
beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada
Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya
orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah
diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami
berlindung kepada Allah dari hal semacam itu."
Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa
kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak
dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para
Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan
yang telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu,
perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini, Ia anugerahkan
limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia
karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri
atau bersama, kadang nampak, kadang tidak nampak; dan menyertai inilah berbagai
kelembutan, hingga akhir hayatnya.
Betapa
sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan, apa yang mesti kugunakan (untuk
mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui batasmu, sampai
jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah memerintahkanmu untuk
tinggal di tempatmu. Allah berfirman:
"Wahai
orang-orang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah
kewajibanmu terhadap Allah." (QS 3:199)
Ia telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk
berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat dan
untuk menjadikan hal ini sebagai kewajiban. Ia kemudian memperingatkanmu
terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya, "Jagalah senantiasa
kewajibanmu terhadap Allah," dan ini berkenaan dengan pengabaian kebajikan
ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa bersabar. Kebaikan dan keselamatan
ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw. bersabda:
"Kesabaran
dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh."
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi
kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya
kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga." (QS 39:10)
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan
batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana
yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
"Barangsiapa
menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat,
dan memberinya rezeki yang tak diduganya." (QS 65:123)
Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Alah, hingga jalan keluar
terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam
firman-firman-Nya:
"Barangsiapa
beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya." (QS 65:3)
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat
kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu
balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
"Demikianlah
Kami balas mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain." (QS 6:85)
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman:
"Sesungguhnya
Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain." (QS
3:133)
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini dan
di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak
Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan
para badal atau ghaib. Maka jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini,
agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar di akhirat, agar kekayaan
keduanya ini tidak berlalu darimu.
Jika
kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah perilakunya
dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci oleh kedua
pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah dan Nabi-Nya. Jika
perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau memusuhinya, maka ketahuilah
bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau membencinya lantaran kebencianmu
kepadanya dan menentang Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menentang
Nabi-Nya, dan menentang kedua pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah,
bertaubat dan mohonlah kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan
Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam
mencintainya. Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. yaitu, menelaah
perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata
disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya
tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: "Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah." (QS 38:26)
Betapa
sering kau berkata, "Siapa pun yang kucintai, cintaku kepadanya tak
abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketakhadiran, kematian,
permusuhan, kebinasaan ataupun lenyapnya kekayaan." Tidakkah kau tahu,
wahai yang beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah menganugrahkan
karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi oleh
Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah
menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri. Kenapa kau ingin menjadi milik
selain-Nya. Belumkah kau dengar firman-Nya:
"Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya." (QS 5:54)
"Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku."
(QS 51:56)
Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila Allah mencintai seorang
hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya." Ia
ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana pemeliharaan-Nya?" Ia
berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak."
Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka cintanya
kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagikan antara Allah dan
selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala suatu. Lalu ia dibinasakan-Nya,
untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya Sendiri. Maka kebenaran firman
Allah akan terbukti: "Ia akan mencintai mereka, dan mereka akan
mencintaiNya." (QS 5:54)
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan
berhala-berhala seperti istri, harta, anak, kesenangan dan kerinduan akan
kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan rohani, taman-taman surga, maqam
rohani dan kedekatan dengan Allah - tiada tujuan dan kehendak di hatinya.
Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya
tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab, ia kini telah diremuk-redamkan oleh
tindakan Allah dan kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan
kehebatan menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka,
tiada kehendak akan sesuatu mampu mendekati hatinya. Tiada harta, anak,
istri, sahabat, keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya.
Karenanya, semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan
menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya,
rahmat dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju
kepada-Nya. Dengan demikian, orang-oang ini termuliakan oleh ini dan
dilindungi melalui kemuliaan dari Allah ini, yang akan menjadi penjaga,
pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan ini dan di akhirat.
|
Ada
empat jenis manusia. Yang pertama, tidak berlidah dan tidak berhati. Mereka adalah manusia
biasa, bodoh dan hina. Mereka tidak pernah ingat kepada Allah. Tiada kebaikan
dalam diri mereka. Mereka bagai sekam tidak berbobot, jika Allah tidak
mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya Sendiri.
Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah manusia-manusia sengsara dan
dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung
kepada Allah dari mereka.
Hiasilah dirimu dengan ma'rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan
agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi mereka,
mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan mereka akan
dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan Allah dan akan
dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi Suci saw. berkata
kepada Ali r.a.:
"Jika
Allah membimbing seseorang melalui pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik
bagimu daripada tempat matahari terbit."
Yang
kedua, berlidah tapi tak berhati. Mereka
berbicara bijak, tapi tidak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah,
tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi
mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain
kesalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila
sendirian, mereka bagai serigala berpakaian. Inilah manusia yang tentangnya
Nabi memperingatkan. Ia bersabda:
"Hal
yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, iaitu
orang berilmu yang jahat."
Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah
selalu dari orang seperti itu, agar kau tidak terseret oleh manis lidahnya,
yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan rohani serta hatinya
akan membinasakanmu.
Yang
ketiga, berhati tapi tidak berlidah, dan
beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan
tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar
akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah
yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: "Barangsiapa senantiasa diam, maka ia
memperolehi keselamatan." "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah
terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an." Maka,
orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, memiliki
keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang baik ada padanya.
Nah, ingatlah, bahwa kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini,
layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan
berilah ia hal-hal yang akan menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian
ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok
sahabat dan hamba saleh-Nya disertai rahmat-Nya.
Yang keempat ialah
manusia yang diundang ke dunia ghaib, yang dipakaikan kemuliaan.
"Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan
memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia ghaib dan menjadi
mulia."
Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya
menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Ia menganugerahkan
kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya,
mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa
menerima rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya
seorang pekerja dijalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan,
pengingat akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di
tengah-tengah mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya
diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan
Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah.
Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali
maqam para nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati, agar kau tak memusuhi
orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan ucapan-ucapannya.
Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan orang itu.
Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya; kecuali orang yang
dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa kepada kebenaran dan
kasih sayang. Nah, telah kupaparkan bagimu bahwa manusia dibagi menjadi empat
bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika kau punya jiwa yang terus-mata.
Selamatkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau ingin sekali menyelamatkannya
dan mencintainya.
Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia dan di akhirat!
Betapa aneh kau marah kepada
Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung,
tidak adil, menahan rezeki, tidak menjauhkan musibah. Tidakkah kau tau bahwa
setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak
bisa dimajukan atau ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, sehingga datang
kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tidak berlalu, sehingga datang kemudahan.
Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah
kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang
tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antara
hamba-Nya. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sepenuhnya esa. Ia menciptakan
hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia mengetahui awal, akhir
dan akibat mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bijak dalam bertindak
dan tiada ketakselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tidak melakukan sesuatu pun
tanpa arti dan main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan
kepada tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan
kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana
datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana
datangnya siang setelah berlalunya malam.
Nah, jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka
permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati
fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak. Jika
kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu takkan dikabulkan.
Sebab kau telah meminta sesuatu yang tidak layak. Kau akan dibiarkan meratap,
longlai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan
patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari
darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau perolehi. Demi imanku,
begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya.
"Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60).
"Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya." (QS 4:32). Mohonlah kepada-Nya,
maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila
hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu dan akhirat.
Jangan salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa.
Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau juga tak rugi. Jika Ia tidak
segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu
pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan
hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal yang tak
dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan dari doa-doanya
di kehidupan duniawinya yang tidak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu
Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon
kepada selain-Nya. Maka, setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau
sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan:
1) Tak meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di
hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau
seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat
polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa
syukur dan puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya
jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS
14:7)
Tapi,
jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur darimu
dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, keteguhan hati,
pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, Yang Maha
kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya
Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka
Ia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tidak
menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya,
menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak
dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan
keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap kehendak dan janji-Nya,
- jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengenai
rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: "Berilah kabar baik kepada
orang-orang yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata:
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah
yang dikaruniai rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah
pengikut-pengikut jalan kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya, dan
patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah
layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya,
berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu,
semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana
pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tidak menyalahkan-Nya, marah
kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah
perbedaan antara dua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada
keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang
melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia tidak akan
memperhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di
dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa
yang amat pedih.
Maha besar Allah! Wahai yang tau keadaanku! Kapada-Mu lah aku beriman.
Berpantang
dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran
akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih-sayang-Nya.
Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah keberpantangan dari segala yang
haram, sedang kebinasaannya adalah kerakusan. Umar ibn Khaththab Ra. Pernah
berkata:
"Kami biasa berpantang dari
sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau
kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh
puluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan
dalam dosa."
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang
haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah! Sesungguhnya setiap
raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang padang rumput Allah
ialah hal-hal yang dilarang-Nya."
Maka, orang yang berbeda di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, orang
yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga
sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang yang berada di pintu
pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya,
sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja,
dan tentaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama,
jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka,
bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang
yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya
dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada
di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan
pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya,
jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka
hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram,
keluar dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah,
dan akan menyimpang dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya,
sedang ia belum bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tidak mengasihinya.
Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada
pemenuhan kewajiban
Jadikanlah
kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai
keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan
duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu
sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa
waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan setelah mati dan memenuhi
kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu,
agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tidak layak terhadapnya, dengan
menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti
keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya,
sehingga kau tidak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga
kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tidak
memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam kehidupan
duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan menggunakannya
sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala kenikmatannya, dan kau akan
terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya
Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di akhirat
tidak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."
Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat
merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan
berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau
menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau perolehi, yaitu syurga
dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu
darinya akan sepenuhnya kau perolehi, sebab segala suatu patuh kepada
Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi dan berpaling
dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat,
dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, karena
murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda:
"Dunia
dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang satu, maka
yang lain akan marah kepadamu."
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya
sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai
akhirat." (QS 2:151)
Kesemua ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah
kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di neraka.
Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang, kata
Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebagian yang lain berada di
meja makan yang di atasnya makanan, buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang
sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis:
"Mereka
akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta
pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana mereka
memasuki rumah mereka di dunia ini."
Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai
akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan
kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian
mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak
sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu
dengan pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di
antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan
jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu,
renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh
oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berfirman:
"Segala
yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya,
jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)
"Dan
mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal Kami tidak
mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)
"Dan tiadalah yang diucapkannya
itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari
kediriannya, maka ikutilah."
"Jika
kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS 3:30)
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi
Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah
adalah keadaanku."
Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti
berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah
kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Dan
kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman kepada
Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya Allah mencintai
mereka yang beriman kepada-Nya." (QS 3:158)
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi
juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat sesuatu yang
tidak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak."
Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita
ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang
dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tidak
menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari
jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah
mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
Wahai orang-orang yang beriman,
kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperolehi
rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tau bahwa yang demikian ini
melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci
oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahwa Allah berfirman: "Seorang
yang iri hati adalah musuh rahmat Kami"?
Belumkah kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap
habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas,
kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu?
Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka berarti
kau tidak selaras dengan firman-Nya:
"Kami karuniakan di antara
mereka rezeki mereka di kehidupan duniawi ini." (QS 43:32)
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia
Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya
sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu
kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh
selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman Kami takkan berubah,
dan Kami tidak menzalimi hamba-hamba Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya
bagimu dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri
terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan
batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti 'Ad,
Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi - daripada iri terhadap
saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan,
tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut
pajak, memeras mereka demi keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan,
tapi tidak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk
kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan
diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini
mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan
ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap
dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan nasibnya. Adakah manusia,
di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi oleh tetanggamu
kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak mematuhi Allah, padahal ia menikmati
karunia-karunia-Nya dan tidak memanfaatkan karunia-karunia itu untuk mengabdi
kepada-Nya?
Belumkah kau dengar keterangan
ini:
"Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada
Hari Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan
gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita
kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari kebangkitan, kedudukanmu di
dunia ini, karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya,
keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas
kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya.
Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari
makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu dalam menghadapi nasibmu
dan keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang
yang sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya dan
memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
|
Barangsiapa menunaikan perintah
Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, berarti ia mencampakkan segala
selain-Nya siang dan malam. Wahai manusia , jangan mengaku kepunyaanmu segala
yang tidak kau miliki. Esakanlah Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu
pun, dan jadikanlah dirimu sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi
melukaimu. Dan siapa pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan
memperoleh ganti dari-Nya.
Melakukan
sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah Allah, berarti menyimpang dari
kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan sesuatu, bukan karena nafsu,
berarti selaras dengan kebenaran, sedang mencampakkannya, berarti kemunafikan.
Jangan berharap menjadi saleh, jika
kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan benar-benar terlepas dari semua organ
tubuhmu, dan terlepas dari semua hubungan dengan kemaujudanmu, dengan
gerak-gerikmu dan kediamanmu, dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan
pembicaraan dan dengan diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan
dengan segala yang berasal darimu, sebelum kemaujudan rohanimu mewujud dalam
dirimu. Dan semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan rohani bersemayam di
dalam dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi
seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan yang
ghaib dari segala yang ghaib, maka kau benar-benar berbeda dengan segala yang
rahasia, dan mengakui segala suatu sebagai musuh, penghalang dan kegelapan,
sebagaimana Ibrahim as berkata:
"Sesungguhnya mereka adalah
musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS 26:77)
Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala
kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi
mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai hikmah, ma'rifat,
daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari kematian di akhirat.
Menjadilah kau perwujudan kuasa Allah; kau mendengar melalui-Nya, melihat
melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya, senang dan damai
melalui-Nya. Dengan demikian, kau akan tuli terhadap segala suatu selain-Nya:
sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum
dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada
padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh
setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah
dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala
yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
Akan kami paparkan bagimu sebuah
misal tentang kelimpahan, dan kami berkata, "Tidakkah kau lihat seorang
raja yang menjadikan seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya
pakaian kehormatan, bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman
mulai yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan
sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka,
datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah
dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang
sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus
menderita, terhina dan sengsara, akibat ketakabburan dan kesia-siaannya,
dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang
raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan
memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya,
dianugerahkan kembali pakaian kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai
gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia.
Kemudian ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tidak pernah melihat, yang
telinga tidak pernah mendengar, yang hati manusia tidak tau akan hal-hal ghaib
dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan kata manis,
janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan,
dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan
sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini
karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian,
isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan
tindak pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan
percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu
musibah, aneka kesulitan hidup, harta, isteri, anak, dan mencabut darinya
segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum ini, sehingga ia
terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang buruk
baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal yang
menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka
permohonannya itu tidak diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tidak segera
mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tidak tau tentang pemenuhannya. Bila ia
bermimpi, ia tidak bisa menafsirkannya dan tidak tau tentang kebenarannya. Bila
ia bermaksud kembali kepada manusia, ia tidak mendapatkan sarana untuk itu.
Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka
ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan lidah-lidah
mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan
sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniakan pengabdian,
ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya,
permohonannya itu pun tidak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada.
Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari
sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa
kepadanya:
"Hentakanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum."
(QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera
kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya dengan
kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan ketinggian
pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam segala keadaan
hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya
nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan rohaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui
makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan rohaninya dengan kelembutan
dan karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia
menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tidak pernah
melihat, yang telinga tidak pernah mendengar dan yang tidak pernah tersirat
dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tau yang
disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan mata mereka, balasan bagi yang
telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Keadaan
rohani manusia itu: bahagia dan duka. Bila duka, maka timbul kecemasan,
keluhan, ketaksenangan, penyalahan terhadap perilaku buruk, dosa karena
menyekutukan sang Pencipta dengan makhluk dan sarana-sarana duniawi, dan
akhirnya kekafiran. Bila bahagia, ia menjadi korban kerakusan, kehinaan hawa
nafsu. Bila nafsu diperturutkan, ia pun menginginkan yang lainnya dan
meremehkan karunia yang dimilikinya; maka ia tidak menghargai karunia-karunia
ini dan meminta karunia yang lebih baik lagi, sehingga hal ini menempatkannya
dalam rangkaian kesulitan yang tidak berakhir di dunia atau di akhirat,
sebagaimana dikatakan:
"Sesungguhnya siksaan paling
pedih yaitu bagi pengupayaan yang bukan bagiannya."
Maka, bila ia dirundung kesulitan yang dikehendaki hanyalah sirnanya kesulitan
itu. Ia menjadi lupa akan segala karunia, dan tidak menghendaki sesuatupun dari
hal ini. Bila ia dikaruniai kebahagiaan hidup, maka ia kembali menjadi sombong,
rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan tenggelam dalam dosa. Ia pun lupa akan
kesengsaraannya ini dan bencana, yang korbannya adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk daripada kala ia diharu-biru aneka
musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas dosa-dosanya, agar ia terjauhkan
dari hal-hal ini dan menahannya dari perbuatan dosa di kemudian hari, setelah
kemudahan dan kesenangan tidak mengubahnya, tetapi keselamatannya terletak
dalam musibah dan kesulitan.
Andai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu darinya, teguh dalam kepatuhan,
bersyukur dan menerima nasibnya dangan senang hati, maka hal itu lebih baik
baginya di dunia dan di akhirat. Maka, hidupmu akan kian bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat, maka
ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghindar dari mengeluh kepada orang,
dan memperolehi kebutuhannya dari Tuhannya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung,
dan membuatnya sebagai kewajiban untuk mematuhi-Nya, harus menantikan kemudahan
dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Ia, betapa
pun, lebih baik ketimbang seluruh makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi karunia, Penghukuman-Nya menjadi rahmat,
musibah dari-Nya menjadi obat, janji-Nya terpenuhi. Kemurahan-Nya merupakan
kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu kebajikan. Tentu, firman-Nya, di
kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan terhadapnya "Jadi," maka
jadilah ia. Maka, seluruh tindakan-Nya baik, bijak dan tepat, kecuali bahwa Ia
menyembunyikan pengetahuan tentang ketepatan-Nya dari hamba-hamba-Nya, padahal
Ia sendiri begini. Maka, lebih baik dan layak bagi para hamba untuk berpasrah
dan mengabdi kepada-Nya, iaitu dengan menunaikan perintah-perintah-Nya,
menghindari larangan-larangan-Nya, menerima ketentuan-Nya dan mencampakkan
belaian makhluk - sebab hal ini merupakan sumber segala ketentuan, menguatnya
mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab dan masa
(kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya. Pernyataan ini
berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, yang
dikutip oleh Ata bin Abbas.
Katanya:
"Ketika aku berada di belakang Rasulullah (saw), beliau berkata kepadaku,
"Anakku, jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka Allah akan
menjagamu; jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka kau akan
mendapati-Nya di depanmu.' "
Nah, jika kau memerlukan pertolongan, mintalah kepada-Nya. Pena menjadi kering
setelah menuliskan segala yang akan terjadi. Dan jika hamba-hamba Allah
berupaya keras memberimu sesuatu yang tidak Allah tentukan bagimu, maka mereka
takkan mampu melakukannya. Jika hamba-hamba Allah berupaya keras merugikanmu,
padahal Allah tidak menghendakinya, maka mereka takkan berhasil.
Nah, jika kau dapat bertindak berdasarkan perintah-perintah Allah dengan
sepenuh iman, lakukanlah. Tapi, jika kau tidak mampu melakukan yang demikian,
maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang tidak kau sukai, sembari
mengingat bahwa di dalamnya banyak kebaikan. Ketahuilah, bahwa pertolongan
Allah datang melalui kesabaran dan keridhaan, dan dalam kesulitan itu ada
kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis ini sebagai cermin bagi
hatinya, sebagai pakaian lahiriah dan rohaniah, sebagai slogan, dan hendaklah
berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar selamat di dunia dan di
akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaan darinya, dengan kasih-sayang Allah,
Yang Maha mulia.
Barangsiapa
meminta sesuatu dari manusia, berarti ia tidak tau akan Allah, lemah iman,
lemah pengetahuan tentang hakikat, dan tidak sabar; sedang barangsiapa tidak
meminta, berarti ia sangat mengetahui akan Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha
agung, kuat imannya, kian bertambah pengetahuan tentang-Nya dan ketakwaan
kepada-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung.
Sesungguhnya
doa orang yang berpengetahuan rohani kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha
agung, tidak dikabulkan, dan setiap janji yang dibuat kepadanya tidak dipenuhi,
agar ia tidak hancur karena keterlalu-optimisan. Sebab setiap keadaan atau
maqam rohani mempunyai ketakutan dan harap. Dengan demikian, orang yang
berpengetahuan rohani mengalami kedekatan dengan-Nya, sehingga ia tidak
menghendaki sesuatu pun selain Allah. Maka permohonan (sang pengabdi) agar
doanya diterima dan janji kepadanya dipenuhi, bertentangan dengan jalan dan
keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tidak diatasi oleh harapan dan khayal diri
melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan kebaikannya dalam penghampirannya
kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal itu sama dengan menyekutukan-Nya
dengan sesuatu. Sebab tidak satu pun di dunia ini sepenuhnya bebas dari dosa,
kecuali para Nabi. Karena inilah, Ia tidak selalu mengabulkan doanya dan tidak
memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tidak meminta sesuatu pun atas
dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya
terletak kemungkinan kesyirikan, dan dalam setiap keadaan, langkah dan maqam
sang salik banyak kemungkinan berbuat kesyirikan. Tetapi bila doanya selaras
dengan perintah, maka hal itu mendekatkan manusia kepada Allah, semisal shalat,
puasa, kewajiban-kewajiban lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab
dalam hal-hal ini ada kepatuhan kepada perintah.
Ketahuilah
bahwa ada dua macam manusia. Yang pertama ialah manusia yang dikaruniai
kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah manusia yang diuji dengan
ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan duniawi, tidak bebas dari noda
dosa dan kegelapan dalam menikmati yang mereka dapatkan itu.
Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan karunia duniawi ini. Bila ketentuan
Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah yang berupa
penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara, dan tampak
seolah-olah ia tidak pernah menikmati sesuatu pun. Ia lupa akan kesenangan dan
kelezatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia tidak pernah
mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka seolah-olah tiada
kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap Tuhannya.
Nah, jika ia telah tau bahwa Tuhannya sepenuhnya bebas bertindak sekehendak-Nya,
mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan, menghinakan, menghidupkan,
mematikan, memajukan dan memundurkan - jika ia telah tau semua ini, maka ia
tidak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tidak
merasa bangga karenanya, juga tidak berputus asa akan kebahagiaan di kala duka.
Perilaku salahnya ini disebabkan juga oleh ketaktahuannya akan dunia ini, yang
sebenarnya tempat ujian, kepahitan, kejahilan, kepedihan dan kegelapan. Jadi
kehidupan duniawi itu bak pohon gaharu, yang rasa pertamanya pahit, sedang rasa
akhirnya manis seperti madu, dan tiada seorang pun dapat merasakan manisnya,
sebelum ia merasakan pahitnya. Tidak seorang pun dapat mengecap madunya,
sebelum ia tabah atas kepahitannya. Maka, barangsiapa tabah atas cobaan-cobaan
duniawi, maka ia berhak mengecap rahmat-Nya.
Tentu, seorang pekerja mesti diberi upah setelah keningnya berkeringat, tubuh
dan jiwanya letih. Maka, bila orang telah merasa semua kepahitan ini, maka
datang kepadanya makanan dan minuman lezat, pakaian yang bagus dan kesenangan
meski sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang bagian pertamanya ialah
kepahitan, bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur dengan kepahitan,
sehingga si pemakan tidak mungkin mencapai dasar bejana, dan yang dimakannya
hanyalah madu murninya sampai ia mengecap pucuknya.
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan perintah Allah, Yang Maha
kuasa lagi Maha agung, menjauh dari larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka
bila ia telah merasa kepahitannya, menahan bebannya, berupaya melawan
kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud pribadinya, maka Allah
mengurniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik, kesenangan,
kasih-sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan menyuapinya persis
seperti seorang bayi yang disuapi, yang tidak berdaya, yang tidak berupaya
keras di dunia dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk pahit madu yang
mengecap dengan lahapnya bagian bawah isi bejana. Nah, patutlah bagi sang hamba
yang telah dikaruniai oleh Allah, untuk tidak merasa aman dari cobaan-Nya,
untuk tidak merasa yakin akan kekekalannya, agar tidak lupa bersyukur atasnya.
Nabi Suci saw. berkata:
"Kebahagiaan duniawi merupakan
sesuatu yang ganas; maka jinakkanlah ia dengan kesyukuran."
Jadi, mensyukuri rahmat berarti mengakui sang Pemberinya, Yang Maha pemurah,
yaitu Allah, senantiasa mengingatnya, tidak mengklaim atas-Nya, tidak
mengabaikan perintah-Nya, dan diiringi dengan penunaian kewajiban terhadap-Nya,
yakni mengeluarkan zakat, membersihkan diri, bersedekah, berkorban sebagai
nazar, meringankan beban penderitaan kaum lemah dan membantu mereka yang
memerlukan , yang mengalami kesulitan dan yang keadaannya berubah dari baik
menjadi buruk, yaitu, yang masa-masa bahagia dan harapannya telah berubah
menjadi kedukaan. Bersyukurnya anasir tubuh atas rahmat berupa digunakannya
anasir tubuh itu untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan mencegah diri
dari hal-hal yang haram, dari kekejian dan dosa.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tanamannya dan memacu tumbuhnya dahan
dan dedaunannya; mempercantik buahnya, memaniskan rasanya, memudahkan
penelanannya, mengenakkan pemetikannya dan membuat rahmatnya mewujud di seluruh
organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih
mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang kemudian
memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang Maha kuasa
lagi Maha agung, dan menganugerahinya kehidupan abadi di taman-taman syurga
bersama dengan para Nabi Suci, shiddiq, syahid dan shalih - inilah suatu
kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan lahiriah kehidupan semacam
itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya fatamorgananya, yang
kesemuanya bagai hembusan sepoi angin dingin di pagi musim panas, dan bagai
lembutnya kulit naga dan kalajengking; dan menjadi lupa akan bisa mautnya dan
tipuannya - kesemuanya ini akan menghancurkannya - orang seperti itu mesti
diberi berita gembira tentang penolakan, kehancuran yang segera, kehinaan di
dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Cobaan atas manusia - kadang berupa hukuman atas pelanggaran terhadap hukum dan
atas dosa yang telah diperbuatnya. Kadang berupa pembersihan noda, dan kadang
pula berupa pemuliaan maqam rohani manusia, yang baginya rahmat Tuhan semesta
terkaruniakan sebelumnya, yang melalukannya dari bencana dengan kelembutan,
sebab cobaan semacam itu tidak dimaksudkan untuk menghancurkan dan
mencampakkannya ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk
dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari
kesyirikan, kebanggaan diri, kemunafikan, dan membuat karunia, sebagai pahala
baginya, dari berbagai pengetahuan, rahasia dan nur.
Nah, bila orang ini menjadi bersih rohani dan jasmani, dan hatinya menjadi
suci, berarti Ia telah memilihnya di dunia ini dan di akhirat - di dunia ini
yakni melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui jasmaninya. Maka segala
bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus hubungan dengan manusia, sarana
duniawi dan dambaan-dambaan, dan menjadi pelebur kesombongan, ketamakan dan
harapan akan imbalan syurga atas penunaian perintah-perintah.
Cobaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya kekurang sabaran atas
cobaan-cobaan ini, dengan mengaduh dan mengeluh kepada orang. Cobaan yang
berupa penyucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran,
ketak-mengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah,
ketak engganan dan kepatuhan. Cobaan yang berupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya
keridhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi dan langit, dan penafian
diri sepenuhnya dalam cobaan ini, hingga saat berlalunya.
Nabi
Suci saw. bersabda dari Rabnya:
"Barangsiapa senantiasa mengingat-Ku dan tidak sempat minta sesuatu pun
dari-Ku, maka akan Kuberikan kepadanya yang lebih baik daripada yang Kuberikan
kepada mereka yang meminta."
Hal ini dikarenakan bila Allah menghendaki seorang mukmin bagi
maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melalukannya melalui aneka keadaan rohani,
dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia membuatnya sedih setelah
senang, dan membuatnya hampir minta kepada orang, sedang tiada jalan terbuka
baginya; lalu menyelamatkannya dari meminta dan membuatnya hampir meminjam
kepada orang.
Lalu Ia menyelamatkannya dari meminjam, dan membuatnya bekerja mencari nafkah
dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia dengan perolehannya, dan hal ini
selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit mendapatkan rezeki dan memerintahkannya,
lewat ilham, untuk meminta kepada manusia. Inilah sebuah perintah tersembunyi
yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Dan Ia membuat permintaan
ini sebagai pengabdiannya dan berdosa melecehkannya, sehingga keangkuhannya
pupus, kediriannya hancur, dan inilah pembinaan rohani. Permintaannya karena
dipaksa oleh Allah, bukan karena kesyirikan. Lalu Ia menyelamatkannya dari
keadaan begini, dan memerintahkannya untuk meminjam kepada orang, dengan
perintah yang kuat yang tidak mungkin lagi dielakkan, sebagaimana halnya dengan
keadaan meminta.
Lalu Ia mengubahnya dari keadaan ini, menjauhkannya dari orang dan hanya
bertumpu pada permintaannya kepada-Nya. Maka ia meminta kepada Allah segala
yang diperlukannya. Ia memberinya, dan tidak memberinya jika ia tidak memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah menjadi meminta lewat hati. Maka
ia meminta kepadanya segala yang dibutuhkannya, sehingga bila ia memintanya
dengan lidah, Ia tidak memberinya, atau bila ia meminta kepada orang, mereka
juga tidak memberinya.
Lalu Ia menafikannya dari dirinya dan dari meminta baik secara terbuka maupun
tersembunyi. Maka Ia mengkaruniainya segala yang membuat orang menjadi baik, -
segala yang dimakan, diminum, dipakai dan keperluan hidup tanpa upaya atau
tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya, dan ini sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya waliku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab dan Ia
adalah wali para saleh." ("S 7:196)
Maka firman Allah yang diterima oleh Nabi saw. menjadi kenyataan, yakni,
"Barangsiapa tidak sempat meminta sesuatu dari-Ku, maka Aku akan
memberinya lebih dari yang Kuberikan kepada mereka yang meminta," dan
inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan yang dimiliki oleh para wali dan
badal. Pada peringkat ini, ia dikaruniai daya cipta, dan segala yang
dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana firman-Nya di dalam
Kitab-Nya: "Wahai anak Adam! Aku adalah Tuhan, tiada tuhan selain-Ku; bila
Kukatakan kepada sesuatu "jadilah", maka jadilah ia. Patuhilah Aku,
sehingga bila kau berkata kepada sesuatu "jadilah", maka juga,
jadilah sesuatu itu."
Seorang
tua bertanya kepadaku dalam mimpiku: "Apa yang membuat seorang hamba Allah
dekat kepada Allah?"
Aku
berkata: "Proses ini berawal dan berakhir, awalnya yaitu kesalehan dan
akhirnya yaitu keridhaan kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya
kepada-Nya."
Seorang
mukmin, pertama-tama, menunaikan yang wajib. Bila ia telah menunaikan yang
wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bila ia telah menunaikan keduanya,
maka ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila seseorang belum melaksanakan yang
wajib, sedang ia melaksanakan yang sunnah, maka hal itu merupakan kebodohan,
takkan diterima dan ia akan hina. Ia seperti orang yang diminta untuk
mengabdi kepada raja, namun ia tidak mengabdi kepadanya, tapi ia mengabdi
kepada hamba sang raja yang berada di bawah kekuasaannya. Diriwayatkan oleh
Ali, putera Abu Thalib (as), bahwa Nabi Suci saw. berkata: "tentang
Ibarat orang yang menunaikan yang sunnah, padahal ia belum menunaikan yang
wajib, ialah seperti wanita hamil yang keguguran di kala akan melahirkan.
Dengan demikian, ia tidak hamil lagi dan tidak jadi menjadi ibu."
Begitu pula dengan orang yang beribadah, yang Allah tidak menerima
penunaiannya akan yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib. Hal ini juga
seperti usahawan yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun sebelum ia
mengelola modalnya. Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang sunnah,
yang takkan diterima jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang wajib.
Begitu pula dengan orang yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan hal-hal
yang tidak ditentukan oleh aturan apa pun. Nah, di antara kewajiban-kewajiban
itu ialah penjauhan dari yang haram, dari mengabaikan ketentuan-Nya, dari
menimpali suara manusia, dari mengikuti kehendak mereka, dari berpaling dari
perintah Allah, dan dari Ketakpatuhan kepada-Nya. Nabi saw. bersabda:
"Tiada kepatuhan, selagi masih berbuat dosa terhadap Allah."
|
Barangsiapa lebih menyukai tidur
daripada shalat malam, yang membawa ke arah ketakwaan, bearti ia memilih
sesuatu yang buruk, sesuatu yang mematikannya dan membuatnya acuh tak acuh
terhadap segala keadaan. Sebab, tidur adalah saudara kematian. Karenanya, Allah
tidak tidur, sebab Ia bersih dari segala kecacatan. Begitu pula dengan para
malaikat, sebab mereka senantiasa amat dekat dengan Allah Yang Maha kuasa lagi
Maha agung. Begitu pula dengan penghuni langit, sebab mereka sangat mulia dan
suci, sebab tidur akan menghancurkan keadaan hidup mereka. Jadi, kebaikan
terletak pada keberjagaan, sedang keburukan terletak pada ke-tidur-an dan ketak
acuhan terhadap upaya.
Nah, barangsiapa makan, minum dan tidur berlebihan, maka lenyaplah kebaikan
dari dirinya. Barangsiapa makan sedikit dari yang haram, maka ia serupa dengan
orang yang makan banyak dari yang halal. Sebab sesuatu yang haram menggelapi
iman. Bila iman gelap, maka doa, ibadah dan jihad tak maujud. Barangsiapa makan
banyak dari yang halal berdasarkan perintah Allah, maka ia menjadi seperti
orang yang makan sedikit dengan penuh pengabdian. Jadi, sesuatu yang halal
ialah cahaya yang ditambahkan pada cahaya, sedang sesuatu yang haram ialah
kegelapan yang ditambahkan pada kegelapan, yang didalamnya tiada kebaikan; maka
makan sesuatu yang halal dengan berlebihan, tidak merujuk kepada perintah,
adalah seperti makan sesuatu yang haram, dan hal itu menyebabkan tidur, yang di
dalamnya tiada kebaikan.
Kau
mungkin dekat kepada Allah atau jauh dari-Nya.
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah diri, tidak berupaya mendapatkan
rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan diri di dunia dan di akhirat.
Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap. Sayap pertama berupa penolakan
akan kesenangan, keinginan-keinginan tidak halal; sayap kedua berupa
penanggungan kepedihan, hal-hal tidak menyenangkan dan menjauhkan diri dari keinginan
duniawi dan ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat kepada-Nya. Maka
kau perolehi segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau menjadi demikian
terhormat dan mulia. Jika kau termuliakan dengan kelembutan-Nya, menerima
cinta-Nya, dan menerima kasih sayang-Nya, maka tunjukkanlah perilaku terbaik
dan jangan berbangga diri dengan semua itu, agar kau tak lalai mengabdi, tak
angkuh, tak lazim dan tak tergesa-gesa. Allah berfirman:
"Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan bodoh." (QS. 33:72)
"Dan
manusia itu bersifat tergesa-gesa." (QS. 17:11)
Lindungilah hatimu dari kecondongan kepada orang dan keinginan-keinginan yang
telah kau campakkan, dari ketidak-sabaran, dari ketidak-selarasan dan dari
ketidak-ridhaan kepada Allah di kala ditimpa musibah. Campakkanlah dirimu ke
hadapan-Nya dengan sikap seperti bola di kaki pemain polo yang menggelindingnya
dengan stiknya, bagai jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, dan bagai
bayi di pangkuan ibu. Butalah terhadap segala selain-Nya agar tidak kau lihat
sesuatu pun selain-Nya - tiada kemaujudan, kemudharatan, manfaat, karunia dan
penahan karunia. Anggaplah orang dan sarana duniawi di kala menderita dan
ditimpa musibah sebagai cambuk-cambuk-Nya yang dengan keduanya Ia mencambukmu.
Dan anggaplah keduanya di kala suka sebagai tangan-Nya yang menyuapimu. Orang
saleh menerima pahala dua kali lipat. Pertama, karena penolakannya akan dunia,
sehingga ia tidak terpesona olehnya, bertentangan dengan kedirian, dan memenuhi
perintah Allah, sehingga ia terpilahkan darinya. Bila ia menjadi musuh diri,
maka ia menjadi pentahkik kebenaran, pilihan Allah, badal dan arif (yang tahu
kebenaran). Maka ia diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab kini
dalam dirinya maujud sesuatu yang tidak dapat dibuang dan tidak tercipta dalam
orang lain. Setelah hal itu tertulis, pena takdir menjadi kering, dan
tentangnya Allah telah tahu sebelumnya. Bila perintah telah dipenuhi, maka ia
mengambil bagian duniawinya atau, dengan menerima ma'rifat, ia berhubungan
dengan dunia dengan berlaku sebagai wahana takdir dan tindakan-Nya, tanpa
keterlibatannya, tanpa keinginannya dan tanpa upayanya - ia diberi pahala
karena hal ini untuk kedua kalinya, karena ia melakukan semua ini demi mematuhi
perintah Allah.
Bila dikatakan - bagaimana mungkin kau menyatakan tentang pahala orang yang
telah berada pada maqam rohani yang sangat tinggi dan yang, menurutmu, telah
menjadi badal dan arif, telah lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak
dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam
semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya,
pemudahan-Nya dan pertolongan-Nya, dan orang yang percaya bahwa ia hanyalah
hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahwa dirinya,
gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah dikatakan, tentang
orang semacam itu bahwa ia diberi pahala, mengingat ia tak meminta upah atau
sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak melihat sesuatu
tindakan sebagai berasal darinya, tapi memandang dirinya sebagai orang yang
hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian, maka jawabannya
adalah: "Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan rahmat-Nya
baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan kasih,
kelembutan dan karunia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari hal-hal, dari
dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi kehidupan dan
dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi seperti bayi
yang tidak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan kelembutan
rahmat-Nya dan rezeki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang menjadi
pembimbing dan penjaminnya."
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam hal-halnya, maka Ia
membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih dan sayang-Nya di
hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong kepadanya dan
memperlakukannya dengan baik. Dengan begini segala selain Allah menjadi tak
berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya, menghamba
kepada-Nya di dunia dan di akhirat untuk menjaganya dari segala musibah. Nabi
Saw, bersabda:
"Sesungguhnya
pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) dan Dia
melindungi orang-orang saleh."
Allah
menguji sekelompok mukmin yang menjadi khalifah-khalifah-Nya dan yang memiliki
ilmu rohani, agar mereka berdoa kepadanya, dan Dia senang menerima doa-doa
mereka. Bila mereka berdoa, Ia senang menerima doa mereka, agar bisa Ia
anugerahi kemurahan haknya, sebab ia memohon kepada Allah Yang Maha perkasa
lagi Maha agung di kala mereka berdoa untuk menerima doa mereka, dan
kadang-kadang tidak segera diterima, bukan karena ditolak. Maka sang hamba
Allah mesti menunjukkan sikap baik di kala ditimpa musibah, dan menelaah apakah
ia telah mengabaikan perintah atau melanggar hal-hal terlarang, secara nyata
atau tersembunyi, atau menyalahkan ketentuan-Nya, karena lebih sering ia diuji
sebagai hukuman atas dosa-dosa semacam itu. Bila musibah berlalu, dia mesti
selalu berdoa, berendah diri, meminta maaf dan memohon kepada Allah, karena
mungkin ujian itu dimaksudkan untuk membuatnya terus berdoa dan memohon; dan ia
tidak boleh menyalahkan Allah karena penundaan pengabulan doanya sebagaimana
telah kami bicarakan.
Mintalah
kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam
kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar
di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan sarana untuk dicintai-Nya.
Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di
akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan
dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu berupaya meraih
kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu
tidak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu
juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: "Di antara siksa paling
besar ialah berupaya meraih yang tidak ditentukan oleh-Nya."Dan bila hal
itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri
dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya karena meraih segala selain
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha agung adalah syirik. Orang yang berupaya
mendapatkan kenikmatan duniawi, tidak tulus dalam cinta dan persahabatannya
dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tidak
ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi
Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang
seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi,
dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya, mengingat bahwa ia
sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya. Hamba dan
segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana telah kami
nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan karunia-Nya atas
hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya
mengatasinya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan
dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan
duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi
berlimpah tidak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal
yang tidak dimaksudkan bagi mereka? Bagian duniawi mereka tampak pincang,
kecil dan menjijikkan,dan bagian duniawi yang lain nampak indah dan agung
bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal
itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka
menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh
mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka
menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak
orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka gagal
mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat,
kareana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi
kepada-Nya. Mereka tidak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya
membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk
orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, puas dengan karunia-Nya dan patuh
kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan
dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Maha mulia, dan menerima
dari-Nya segala yang mereka dambakan. Semoga Allah menjadikan kita
orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya
dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan rohani untuk melakukan yang
dikehendaki-Nya.
|
Barangsiapa menghendaki kehidupan
akhirat, maka wajib baginya mengabaikan dunia. Barangsiapa menghendaki Allah,
maka wajib baginya mengabaikan kehidupan akhirat. Ia harus mencampakkan
kehidupan duniawinya demi Tuhannya. Selama keinginan, kesenangan dan upaya
duniawi dan di dalam hatinya seperti makan, minum, berpakaian, menikah, tempat
tinggal, kendaraan, jabatan, ketinggian dalam pengetahuan tentang lima pilar
ibadah dan hadis dan penghafalan Al-Quran dengan segala bacaan, bahasa dan
retorikanya, begitu pula keinginan akan lenyapnya kemiskinan, maujudnya
kekayaan, berlalunya musibah, datangnya kesenangan, hilangnya kesulitan dan
datangnya kemudahan - jika keinginan semacam itu masih bersemayam di dalam
benak orang, maka itu tentu bukan seorang saleh, kareana dalam segala hal ini
ada kenikmatan bagi diri manusia dan keselarasan dengan kehendak jasmani, kesenangan
jiwa dan kecintaannya. Hal-hal ini merupakan kehidupan duniawi, yang di
dalamnya orang senang kebaikan, dan dengannya orang mencoba mendapatkan
kepuasan dan ketentraman jiwa.
Orang harus berupaya meniadakan hal-hal ini dari hatinya, dan mempersiapkan
diri untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa, dan berupaya
bersenang dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di dalam hatinya
kesenangan mengisap biji kurma, sehingga pematangannya dari kehidupan duniawi
menjadi suci.
Bila ia telah menyempurnakannya, segala dukacita hatinya dan kecemasan benaknya
akan sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan, kehidupan yang baik dan
keintiman dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.: "Mengabaikan
dunia menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani."
Tapi
selama masih ada di dalam hatinya kesenangan kepada dunia ini, maka dukacita
dan ketakutan tetap bersemayam di dalam hatinya, dan kehinaan mengiringnya,
begitu pula keterhijaban dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung, oleh
tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini tidak beranjak, kecuali melalui
kecintaan akan dunia ini dan pemutusan darinya.
Ia harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tidak menghendaki kedudukan dan
derajat tinggi, pembantu-pembantu cantik, rumah-rumah, kendaraan, pakaian,
hiasan, makanan, minuman, dan hal-hal lain sejenisnya, yang disediakan oleh
Allah Yang Maha besar bagi hamba-hamba beriman-Nya.
Kesenangan hidup dicampakkan tiga kali. Pada awalnya sang hamba Allah berada
dalam kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak berdasarkan
dorongan-dorongan alaminya dalam segala keadaan, tanpa sikap pengabdian
terhadap Tuhannya dan tanpa memperhatikan hukum agama. Dalam keadaan begini,
Allah memandangnya penuh kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya pengingat dari
sesamanya, seorang hamba saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga terdapat dalam
dirinya sendiri. Kedua pengingat ini jaya atas dirinya, dan peringatan
menimbulkan pengaruh pada jiwanya. Maka noda yang ada padanya, seperti
memperturutkan kehendak dirinya dan penentangannya terhadap kebenaran, sirna.
Maka condonglah ia kepada hukum Allah dalam segala gerak-geriknya.
Menjadilah
sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan hukum-Nya, lepas dari alamnya,
membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula hal-hal yang meragukan dan
pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang halal dalam makan, minum,
berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain: dan semua ini sangat
mungkin bagi kesehatan jasmani dan bagi mendapatkan kekuatan untuk mengabdi
kepada-Nya, agar ia bisa memperolehi bagian dan orang tak bisa melampauinya -
takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih dan menyempurnakannya.
Maka ia berjalan di atas jalur kebenaran dalam keadaan hidupnya, sehingga hal
ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan menjadikannya pembukti kebenaran
dan orang pilihan, yang memiliki pernyataan yang kukuh, yang haus akan hakikat,
yaitu Allah. Maka ia makan dengan perintah-Nya, dan (sang salik) mendengar
suara Allah di dalam dirinya berkata, "Campakkanlah dirimu dan
campakkanlah kesenangan dan ciptaan, jika kau menghendaki sang Pencipta.
Lepaskanlah sepatu dunia dan akhiratmu. Nafilah dari segala kemaujudan, hal-hal
yang akan maujud dan segala dambaan. Lepaslah dari segala suatu. Berbahagialah
dengan Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlasan dalam kehendak. Mendekatlah
kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan
duniawi, orang-orang dan kesenangan." Bila ia meraih maqam ini, maka ia
menerima pakaian kemuliaan dan aneka karunia. Dikatakan kepadanya, pakailah
dirimu dengan rahmat dan karunia, jangan berburuk-laku menilai dan menampik
keinginan-keinginan, kareana penolakan terhadap karunia raja sama dengan
menekannya dan meremehkan kekuasaannya. Maka ia terselimuti karunia dan anugerah-Nya
tanpa berupaya.
Sebelumnya
ia terkuasai oleh keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan dirinya. Maka
dikatakan kepadanya, "Selimutilah dirimu dengan rahmat dan karunia
Allah." Maka baginya empat keadaan, dalam meraih kenikmatan dan karunia. Yang pertama ialah dorongan alami, ini tidak halal. Yang kedua ialah hukum, ini diperbolehkan dan absah. Yang ketiga adalah perintah batin, ini adalah keadaan para wali dan
pencampakan keinginan. Yang
keempat ialah karunia Allah, ini adalah
keadaan lenyapnya tujuan dan tercapainya badaliyya dan keadaan menjadi
objek-Nya, yang berdiri di atas ketentuan-Nya; ini adalah keadaan tau dan
keadaan memiliki kesalehan, dan tidak seorang pun bisa disebut saleh, jika ia
belum meraih maqam ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah: "Sesungguhnya
Waliku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang
saleh (baik)."(QS. 12:196).
Menjadilah
ia seorang hamba yang tertahan dari menggunakan sesuatu, memanfaatkan diri dan
dari menolak sesuatu yang mudharat baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan
perawat dan seperti jasad mati yang sedang dimandikan orang. Maka Allah
membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa upayanya, ia lepas dari segala hal
ini, tidak berkeadaan atau bermaqam, tidak berkehendak melainkan berada di atas
ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang memudahkannya, kadang membuatnya
kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tidak punya pilihan, dan tidak
menghendaki berlalunya keadaan dan perubahannya. Sebaliknya, ia menunjukkan
keridhaan abadi. Inilah keadaan rohani terakhir yang dicapai oleh para badal
dan wali.
Bila
hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan
dunia dan akhirat, maka ia tidak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha
perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi
pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima karunia-Nya
melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan
Ia tidak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilih
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, ridha
dengan keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tidak melihat suatu
kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka
Allah menjanjikan kepadanya dan tidak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan
sama hamba dalam hal ini tidak datang kepadanya, kareana keterpisahan lenyap
dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan
dirinya menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada
janji atau pun pengingkaran janji dalam hal ini, karena hal ini ada pada orang
yang berkeinginan. Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung
terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang yang
berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah
kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi
Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang membatalkan
dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami hapuskan
atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau
tahu bahwa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)
Ketika
Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat tertentu,
sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci, sehubungan
dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu menginginkan
barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia
Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan karena hukum Allah yang telah
berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau
lakukan."(QS.8:67-68)
Nabi
saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya
dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di tengah-tengah
ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firman-Nya:
"Tidakkah
kau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106) Dengan kata
lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya
mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian
setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam
Nabi.
Maka
janganlah coba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha
perkasa lagi Maha agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah
akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia akan mendekatkan
kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya
dengan berbagai karunia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para
Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam
hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap
yang tidak terlihat oleh mata, yang tidak terdengar oleh telinga, dan yang
tidak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tidak dapat difahami dan tidak
dapat dijelaskan.
Segala pengalaman spiritual
merupakan pengekangan, sebab sang wali diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu.
Segala yang diperintahkan untuk dijaga menimbulkan pengekangan. Berada dalam
ketentuan Allah merupakan kemudahan, sebab yang diperintahkan hanyalah
memaujudkan diri dalam ketentuan-Nya. Sang wali tidak boleh bersitegang dalam
masalah ketentuan-Nya. Ia harus selaras dan tidak boleh bertentangan dengan
segala yang terjadi pada dirinya, entah manis atau pahit. Pengalaman itu
terbatas, maka dari itu diperintahkan untuk menjaga pengalaman itu. Di lain
pihak, kehendak Allah, yang merupakan ketentuan, tidak terbatas.
Isyarat bahwa hamba Allah telah mencapai kehendak-Nya dan kemudahan ialah
diperintahkan-Nya ia untuk meminta kenikmatan-kenikmatan setelah diperintahkan
untuk mencampakkannya dan menjauh darinya, sebab bila rohaninya hampa akan
kenikmatan, dan yang tinggal dalam dirinya hanyalah Tuhan, maka ia dimudahkan
dan diperintahkan untuk meminta, mendambakan dan menginginkan hal-hal yang
menjadi haknya dan yang bisa ia peroleh melalui permintaannya akan hal-hal itu,
sehingga harga dirinya di mata Allah, kedudukannya dan karunia Allah Yang Maha
perkasa lagi Maha agung, dengan diterimanya doanya, menjadi kenyataan.
Menggunakan lidah untuk meminta kenikmatan sangat menunjukkan hal setelah
pengekangan dan keluar dari segala pengalaman, kedudukan dan dari upaya keras menjaga
batas.
Bila ditolak bahwa lenyapnya kesulitan dalam menjaga hukum ini menyebabkan
ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya:
"Abdilah Tuhanmu sampai
kematian datang kepadamu." (QS.15:99)
Jawabku ialah bahwa hal ini tidak berarti begitu dan takkan begitu, tetapi
bahwa Allah amat pemurah dan wali-Nya amat dicintai-Nya, sehingga Dia tidak
dapat mengizinkannya untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata hukum dan
agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu, menjauhkannya dari
semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas hukum. Maka ia
terlindung dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas hukum tanpa
upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tidak sadar akan keadaan ini
dikarenakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia adalah salah satu
dari hamba-hamba terpilih kami." (QS.12:24)
"Sesungguhnya terhadap
hamba-hamba-Ku kau tidak berkuasa." (QS.15:42)
"Kecuali hamba-hamba Allah yang
dibersihkan." (QS.37:40)
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh Allah dan ia adalah
curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan kasih-sayang-Nya.
Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian mendekatinya.
Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya! Semoga Dia
melindungi kita dengan perlindungan dan kasih-sayang sempurna sehingga kita
senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita
dengan rahmat-rahmat dan karunia-karunia sempurna-Nya melalui tindak
kasih-sayang-Nya!
Butalah
terhadap segala hal. Tutuplah matamu terhadap sesuatu pun dari hal-hal itu.
Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal itu, maka karunia dan kedekatan Allah
SWT akan tertutup bagimu. Oleh karena itu, tutuplah segala hal dengan
kesadaranmu akan keesaan Allah dan dengan peniadaan diri. Maka akan tampak oleh
mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan kedua mata hatimu
ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur keyakinan teguhmu.
Pada saat itu cahaya rohanimu akan mewujud pada lahiriahmu bak cahaya sebuah
lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya sehingga sisi luar
rumah menjadi cerah oleh cahaya dari dalam. Maka diri dan anasir tubuh akan
merasa ridha dengan janji Allah dan karunia-Nya.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat aniaya terhadapnya. Jangan
campakkan ia di kegelapan ketak-acuhan dan kebodohanmu, agar ia tidak melihat
ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tidak bertumpu pada hal-hal itu. Sebab
jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan tertutup bagimu dan karunia
Allah akan tertutup pula bagimu lantaran kesyirikanmu. Nah, bila telah kau
sadari keesaan-Nya, telah kau lihat karunia-Nya, kau hanya berharap kepada-Nya
dan telah kau butakan dirimu terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan
membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan mengasihimu, akan menjagamu, akan
memberimu makanan, minuman dan perawatan, akan membuatmu bahagia, akan
menganugerahimu karunia-karunia, akan menolongmu, akan menjadikan kau penguasa,
akan menafikanmu dari ciptaan serta dari dirimu sendiri, dan akan membuatmu
tiada, sehingga kau takkan melihat baik kemiskinan maupun kekayaanmu.
Jika
kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan
bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar
kau bisa ridha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan
akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan
rohaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila
kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati maupun anasir
tubuh.
Bersyukurlah lidah berupa pengakuan bahwa rahmat berasal dari Allah dan
penghindaran dari menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan
mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana
sampainya rahmat. Pemberi dan pencipta sejati rahmat yaitu Allah, Yang Maha
kuasa lagi maha agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain.
Misal, orang tidak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim
hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman
tentang orang yang tidak bersikap selayaknya:
"Mereka
mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh
lalai." (QS 30:7)
Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tidak
melebihi ini, adalah jahil dan rusak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk
orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan
kukuh bahwa segala rahmat, kesenangan dan milik yang kau punyai, berasal dari
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu
melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:
"Dan
apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)
"Dan
(Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)
"Dan jika kamu menghitung
nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu menghinggakannya." (QS 14:34)
Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi karunia selain Allah. Dan
bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi
perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali
makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk
dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah
kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, berarti kau menyimpang
dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang
diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Barangsiapa tidak menentukan
dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim." (QS 5:45)
Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila
kau tidak tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa
tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah,
menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tidak bisa
lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah maupun
keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai
dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa
musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun,
jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan
pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di
akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab,
dengan begitu, kau berarti menyekutukan-Nya.
Tidak satu pun berhak atas milikan-Nya, tidak satu pun mampu memberikan
mudharat, manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana,
menyembuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh
ciptaan, baik secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu.
Bersabar dan ridhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.
Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya,
menunjukkan kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan
kejahatan dirimu dan akan menjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui
rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan
berganti dengan karunia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu
terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelap malam dan datang cerahnya
siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan
aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka kesabaran
adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang
terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan iman."
Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha
mulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.
Awal kehidupan rohani berupa
keterlepasan dari kedirian, keberadaan dalam arena hukum, dan kembali kepada
kedirian setelah mampu menjaga hukum. Lepaslah dari kedirian, semisal makan,
minum, berpakaian, menikah, tempat-tinggal, dan kecenderungan-kecenderungan dan
masuklah ke dalam hukum. Ikutilah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana
Allah berfirman:
"Ambillah yang dibawa nabi
kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya."
"Katakanlah: jika kau mencintai
Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS.3:31)
Bila telah terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik lahiriah maupun
batiniah, maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada
lahiriahmu hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini kemudian
menjadi sikap, pakaian, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam
perjalanan, di rumah, dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala
keadaan. Maka dibawalah kau ke lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.
Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang
pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindung dan
terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian
dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah
berfirman:
"Sesungguhnya, telah Kami
turunkan pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaga." (QS.15:90)
"Demikianlah, agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan
kasih-Nya.
Setiap mukmin ragu dan waspada di
kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya, sebagaimana Nabi Suci
bersabda:
"Sesungguhnya, si mukmin itu
waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang kepadanya)."
"Seorang mukmin ragu-ragu,
campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah segala yang tidak
menimbulkan keragu-raguan."
Seorang mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, pakaian,
perkawinan dan segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh;
dikukuhkan oleh perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh
ma'rifat, bila ia seorang badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya,
bila ia dalam keadaan fana.
Lalu datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada
orang, perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan
dengan keadaan sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan
pemudahan, sedang pada keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan
hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal
yang diperlukan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini,
sang mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan
segala kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Maha mulia
berfirman: "Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan
kekejian; sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami."
(QS.12:24)
Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang
datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan
akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan ridha-Nya. Tiada keadaan
melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala
para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah
mencapai ambang pintu kenabian.
|
Sungguh aneh, kenapa sering berkata,
si fulan dekat kepada Allah, si fulan teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si
fulan menjadi miskin, si fulan senantiasa sehat, si fulan sakit, si fulan
mulia, si fulan hina, si fulan terpuji, si fulan tercela, si fulan terpercaya
dan si fulan tidak bisa dipercaya! Tidakkah kau tau, bahwa Dia Esa, yang
mencintai keesaan, dan mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia
mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi
tidak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya melalui di dalam hatimu
menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan orang lain dari membantumu, dan lidah
mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari mengunjungimu, agar mereka tidak
memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu sabda Nabi Suci saw?
Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sadari
keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tidak
melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan,
kedirian dan dari segala selain Allah.
Melimpahlah karunia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di
akhirat.
Janganlah berburuk-laku: Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang
memerhatikanmu, cintailah yang mencintaimu, hulurkanlah tanganmu kepada yang
menjagamu dari kejatuhan, yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang
menyelamatkanmu dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang
akan melepaskanmu dari kebusukan iri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu,
dari penggalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.
Berapa lama kau akan jijik dengan hewanimu, ciptaan, ketakpatuhan, dunia, kehidupan
setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang
Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir,
tempat, kembali, yang milik-Nyalah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi
karunia?
Ku
berkata dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan
diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan
dengan kedirian!" Bertanyalah seseorang di sampingku, "Pernyataan
apakah ini?" "Itulah suatu pengetahuan rohani," jawabku.
Suatu
hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku
menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di
dalamnya tiada kematian."
Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan
apakah yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah
kematianku dari sesamaku, sehingga aku tidak melihat manfaat dan mudharat
mereka, dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam
kehidupan duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di
dalam kehidupan setelah matiku, sehingga aku tidak berada di dalam ini semua.
Kehidupan yang tidak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya,
sehingga aku tidak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah
kemaujudanku dengan-Nya.
Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima? Kau katakan bahwa
tidak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi
permohonanmu kepada-Nya tidak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah
engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman.
Jika kau katakan bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda
penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada
seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau
salahkankah Dia? Jika kau tidak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam
menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia
telah memilihkan yang terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, berarti kau tidak
beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketidak-adilan, dan mustahil Dia
tidak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik
berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketidak-adilan" tidak layak
bagi-Nya. Sebab ketidak-adilan ialah keikut-campuran dalam kepunyaan orang
lain, tanpa seizin pemiliknya.
Nah, jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu
meski tidak kau sukai dan secara lahiriah merugikanmu, maka wajib bagimu
bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan
ketidak-patuhan benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya,
menanti saat-saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik
terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya,
segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal
yang dilarang-Nya.
Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketidak-patuhan
terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan kepada dirimu
sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal
ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah
dirimu sendiri, nisbahkanlah ketidak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya
firman Allah:
"Adakah Allah menyiksamu, jika
kamu bersyukur lagi beriman?" (QS.4:147)
"Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil
terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri
mereka sendiri." (QS.10:44)
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda
Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya,
sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
Karena aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.
Jangan
berkata: "Aku tidak mau memohon sesuatu kepada Allah, sebab bila yang
kumohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang kepadaku, entah diminta
atau tidak. Bila hal itu bukan bagianku, Dia tidak akan memberikannya kepadaku,
walau kuminta." Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang kau inginkan,
asalkan yang kau minta itu tidak terlarang dan tidak merusak, sebab Allah telah
memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya. Dia berfirman:
"Mintalah kepada-Ku, niscaya
akan Kukabulkan permintaanmu." (QS.40:60)
"Mintalah Kepada-Nya karunia-Nya." (QS.4:32)
Nabi bersabda:
"Mintalah kepada Allah dengan
penuh keyakinan bahwa doamu diterima."
"Berdoalah kepada Allah dengan
kedua tapak tanganmu."
Masih banyak sabda Nabi seperti ini. Jangan berkata: "Sesungguhnya aku
telah memohon kepada-Nya, tapi Ia tidak mengabulkannya, maka aku tidak akan
lagi memohon sesuatu pun kepada-Nya." Berdoalah selalu kepada-Nya. Jika
sesuatu telah ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu, setelah
kau minta. Maka hal itu akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan
menolongmu menjauh dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari
berpaling kepada-Nya dalam segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahwa segala
kebutuhanmu terpenuhi oleh-Nya.
Jika sesuatu tidak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan membuatmu ridha
kepada-Nya, meski kau miskin dan sakit, Dia membuatmu senang dengan kesulitan
yang menimpamu itu. Bila berhutang, Dia buat hati si pemberi hutang tersebut
lembut terhadapmu, hingga kau lunasi hutang itu. Bila permohonanmu tidak
dikabulkan di dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.
Dia tidak akan mengecewakan pendo'a kepada-Nya di dunia dan di akhirat. Nabi
bersabda bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari
Pengadilan, amal-amal yang tidak dilakukannya. "Taukah kamu amal-amal
itu?" "Aku tidak tahu," jawab si mukmin. Maka dikatakan
kepadanya: "Sesungguhnya, amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu
di dunia, sebab dalam berdoa kepada Allah Maha kuasa lagi Maha agung, kau
senantiasa mengingat-Nya, mengEsakan-Nya, menempatkan sesuatu pada tempatnya,
berbuat kebajikan kepada sesamamu, tidak menisbahkan daya kepada diri sendiri
dan tidak pongah. Semua ini menjadi amal-amal saleh, untuk itulah ada
balasannya dari Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung."
Bila
kau bertanya melawan dan berhasil mengatasi diri, maka Allah membangkitkannya
kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan, baik yang diharamkan maupun
yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi diri, sampai pahala
tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna sabda Nabi saw:
"Kita telah kembali dari jihad
kecil, dan menuju jihad besar."
Ia berkata bahwa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah
makna firman Allah:
"Mengabdilah kepada Tuhanmu,
hingga kepastian (kematian) datang kepadamu." (QS.15:99)
Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini
bertentangan dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak oleh diri yang
menginginkan sebaliknya, hingga datang kepastian (kematian). Bila ditanya:
"Bagaimana mungkin diri Nabi menolak pengabdian, padahal ia tidak punya
kedirian?" Allah berfirman: "Ia tidak berbicara dengan kehendaknya
sendiri, tapi dengan wahyu." (QS.53:84)
Ia mengalamatkan kepada nabi-Nya kata-kata ini, untuk mengukuhkan hal ini, dan
berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari Kiamat. Dia menganugerahi
nabi-Nya daya mengatasi diri, hingga hal ini tidak merugikannya, tidak pula
mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeda antara dia dan
pengikut-pengikutnya. Bila seorang mukmin teguh dalam upaya spiritual, hingga
datang kematian, dan menemui Tuhannya, dengan pedang terhunus berlumuran darah
kedirian, maka Ia memberinya Syurga yang dijaminkan-Nya baginya, dengan
firman-Nya:
"Bagi yang takwa kepada
Tuhannya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka Syurgalah tempat
tinggalnya." (QS.79:41)
Nah, bila Dia telah memasukkannya ke dalam syurga, maka Ia menjadikan syurga
itu tempat tinggal, tempat beristirahat dan tempat kembalinya, yang membuatnya
aman dari pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa melimpahkan baginya,
dari hari ke hari dan dari jam ke jam, rezeki dan akan mengkaruniainya segala
macam pakaian dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia memperbaharui, di dalam
dunia ini setiap hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan melawan kedirian.
Sedang orang kafir, orang munafik dan pendosa, bila mereka telah berhenti
berjuang melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian mengikuti, bersekutu
dengan setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran, kemusyrikan dan hal-hal
seperti itu sampai kematian datang kepada mereka, sebelum mereka menjalankan
Islam dan bertaubat, maka Allah memasukkan mereka ke dalam neraka yang
disediakan bagi orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya:
"Peliharalah dirimu dari
neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang
kafir." (QS.2:24)
Setelah Dia memasukkan mereka ke dalamnya dan menjadikannya tempat kembali dan
tempat berteduh mereka, maka neraka itu membakar kulit dan daging mereka, dan
Ia mengganti kulit dan daging mereka dengan yang baru, sesuai dengan
firman-Nya:
"Setiap
kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain."
(QS.4:56)
Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, senantiasa memperlakukan mereka demikian,
disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan kedirian mereka sendiri, di dunia
ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghuni neraka senantiasa berganti kulit dan
daging, agar mereka tersiksa dan kesakitan. Sedang penghuni syurga senantiasa
dilimpahi rezeki, agar mereka senantiasa bersyukur. Hal ini dikarenakan
perjuangan mereka melawan kedirian mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan
kehendak Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam
sabda Nabi saw: "Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat."
Bila Allah mengabulkan dia hamba-Nya
dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya sendiri, dengan demikian, tidak
terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya. Tapi, doa itu sesuai dengan
kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah ditentukan-Nya. Nah,
diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada saat yang telah
ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal masa, dan yang
bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang telah dikatakan oleh
seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:
"Setiap saat, Dia dalam
kesibukan." (QS.55:29)
Ini berarti bahwa Allah mengkaruniakan pada saat-saat yang telah ditentukan.
Dengan demikian, Allah tidak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena
semata-mata, begitu pula Ia tidak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena
doanya, dan dikatakan, Nabi saw bersabda bahwa takdir tidak bisa dihindari
kecuali dengan doa tertentu. Juga tidak seorang pun masuk syurga melalui
kasih-sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di syurga
sesuai dengan amal-amal mereka. Aisyah r.a berkata bahwa ia bertanya kepada
Nabi saw: "Akankah seseorang masuk syurga hanya karena amal-amalnya?
Tidak, tetapi dengan kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan
tangannya di atas kepalanya.
Ia melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tidak seorang pun berhak menentang
Allah. Juga Ia tidak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya,
menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang
dikehendaki-Nya dan mengkaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia
Maha kuasa atas segalanya. Ia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang
hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang
dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arasy-Nya hingga
dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan
ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan
Allah berfirman:
"Adakah pencipta
selain-Nya?" (QS.35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?" (QS.27:63).
"Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS.29:65)
"Katakanlah: "Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala suatu."
(QS.3:26)
Bila
Allah mengabulkan dia hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya
sendiri, dengan demikian, tidak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya.
Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah
ditentukan-Nya. Nah, diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada
saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal
masa, dan yang bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang
telah dikatakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:
"Setiap saat, Dia dalam kesibukan."
(QS.55:29)
Ini berarti bahwa Allah mengkaruniakan pada saat-saat yang telah ditentukan.
Dengan demikian, Allah tidak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena
semata-mata, begitu pula Ia tidak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena
doanya, dan dikatakan, Nabi saw bersabda bahwa takdir tidak bisa dihindari
kecuali dengan doa tertentu. Juga tidak seorang pun masuk syurga melalui
kasih-sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di syurga
sesuai dengan amal-amal mereka. Aisyah r.a berkata bahwa ia bertanya kepada
Nabi saw: "Akankah seseorang masuk syurga hanya karena amal-amalnya?
Tidak, tetapi dengan kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan
tangannya di atas kepalanya.
Ia melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa tidak seorang pun berhak menentang
Allah. Juga Ia tidak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya,
menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang
dikehendaki-Nya dan mengkaruniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia
Maha kuasa atas segalanya. Ia tidak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang
hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan karunia-karunia-Nya dari yang
dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena ciptaan, sejak dari arasy-Nya hingga
dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan
ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan
Allah berfirman:
"Adakah pencipta
selain-Nya?" (QS.35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?" (QS.27:63).
"Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS.29:65)
"Katakanlah: "Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala suatu."
(QS.3:26)
Bagaimana baik bagimu berbangga
akan kebajikanmu, padahal kau mengatakan bahwa hal ini berasal dari kekuatan
yang dianugerahkan oleh Allah, melalui pertolongan, daya, kehendak dan
karunia-karunia-Nya? Begitu pula dengan pencampakan dosa, hal ini dikarenakan
oleh perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Bagaimana kau bisa tidak
bersyukur atas hal itu dan tidak mengakui semua rahmat ini yang berasal
dari-Nya? Kenapa semangat ketidakpatuhan dan ketidakacuhan ini, iaitu
perasaan banggamu akan keberanian yang adalah milik orang lain? Bila kau
tidak dapat membunuh musuhmu tanpa bantuan beberapa orang yang gagah-berani,
yang menyerang musuhmu, sedang kau hanya menimbrunginya, maka kau akan
terbunuh bukannya musuhmu; juga kau tidak akan bermurah bila tidak ada yang
patut diberi kemurahan - jika demikian, kenapa kau bangga akan kebajikanmu?
Jalan terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang penolong, senantiasa
memuji-Nya, dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya dalam segala
keadaan kehidupanmu. Jika tidak, hal itu akan menjadi keburukan dan dosa.
Bila demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dan dosa kepada dirimu
sendiri. Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku
buruk dan kesalahan untuk hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu
adalah tempat keburukan dan ia memerintahkan segala keburukan dan
ketidak-bergunaan. Jika Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha agung, adalah
pencipta kebajikan dan upayamu, maka kau adalah pembuat upaya, sedang Dia
adalah Penciptanya. Inilah yang dimaksudkan oleh perkataan orang-orang yang
memperolehi ma'rifah: "Tindakan akan datang, sedang kau tidak dapat
mengelakannya."
Nabi saw. bersabda:
"Berbuat
baiklah, mendekatlah kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua
orang ada kemudahan."
|
Kau
tentu berada dalam salah satu dari kedua hal ini: pengupaya atau yang
diupayakan. Bila kau seorang pengupaya, maka kau terbebani dan penanggung beban
yang memikul segala yang sulit dan berat. Hal ini dikarenakan kau adalah
seorang pengupaya. Seorang pengupaya mesti bekerja keras dan disalahkan, hingga
ia memperolehi yang dikehendakinya. Tidak patut bagimu mengelak dari kesulitan-kesulitan
yang merundungmu sampai deritamu sirna. Maka kau akan diselamatkan dari segala
macam suara, noda, kekejian, kehinaan, rasa sakit, derita dan kertergantungan
kepada orang. Maka kau akan dimasukkan ke dalam kelompok orang yang dicintai
Allah.
Namun, bila kau adalah yang diupayakan, maka jangan salahkan Allah jika Dia
menimpakan musibah atasmu. Juga, jangan kau ragukan kedudukanmu di hadapan-Nya,
sebab Dia telah mengujimu agar kau meraih kedudukan tinggi. Dia hendak
meningkatkan kedudukanmu ke tingkat wali dan badal. Sukakah kau bila
kedudukanmu berada di bawah kedudukan mereka, atau bila pakaian kemuliaan, nur
dan rahmatmu tidak seperti pakaian kemuliaan, nur dan rahmat mereka? Meski kau
puas dengan kedudukan rendahmu, tapi Allah SWT tidak menyukainya. Dalam hal ini
Dia berfirman:
"Dan Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui." (QS.2:232)
Dia telah memilihkan untukmu sesuatu yang lebih tinggi, lebih cerah, lebih baik
dan lebih mulia, sedang kau menampiknya,
Jika kau berkata: bagaimana benar pengabdi sempurna mesti diuji, sedang kau
berkata bahwa ujian dimaksudkan bagi sang pencinta, padahal pilihan Allah
adalah orang yang dicintai-Nya? Pertama kami sebutkan aturannya, kemudian
pengecualian yang mungkin. Tiada dua pendapat bahwa Nabi saw. adalah yang
paling dicintai dan yang paling banyak diuji. Nabi saw. bersabda:
"Aku telah demikian takut
karena Allah, tiada seorang pun yang terancam sepertiku dan aku telah demikian
menderita karena Allah, tiada seorang pun yang menderita sepertiku. Telah datang
padaku tiga puluh hari dan malam yang di dalamnya kami tidak punya makanan
sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal."
"Sesungguhnya kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji; kemudian
mereka yang kedudukannya lebih rendah dan seterusnya."
"Aku adalah yang paling tahu tentang Allah dan yang paling takut
kepada-Nya di antara kamu semua."
Nah, bagaimana bisa sang tercinta diuji dan takut, padahal ia adalah orang
pilihan dan pengabdi sempurna? Hal ini dikarenakan Dia hendak membuat mereka
meraih, sebagaimana telah kami tunjukkan, kedudukan-kedudukan kehidupan
syurgawi tidak akan meningkat kecuali melalui amal-amal saleh di kehidupan
duniawi ini. Kehidupan duniawi merupakan tanah garapan kehidupan ukhrawi, dan
amal-amal saleh para Nabi dan wali, setelah menunaikan perintah-perintah dan
menghindari larangan-larangan, berada dalam kesabaran dan keridhaan di
tengah-tengah cobaan. Kemudian cobaan dijauhkan dari mereka dan mereka
dianugerahi rahmat-rahmat Allah, karunia-Nya dan kasih-sayang-Nya sampai mereka
menghadap Tuhan mereka di akhirat yang abadi.
Ada
beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima,
ketika melihat aneka barang di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan
pencampakan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu
mereka jika Allah tidak memelihara mereka dengan kasih sayang, perlindungan dan
penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan
inilah mereka tetap selamat.
Ada yang ketika melihat hal-hal ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada
nalar agama mereka, mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya
mencampakkan hal-hal itu. Mereka ini seperti prajurit-prajurit gagah berani di
jalan agama yang ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah
menganugerahi mereka kelimpahan pahala dan kehidupan ukhrawi.
Nabi saw. bersabda:
"Tujuh
puluh tindak kebajikan dicatat untuk seorang mukmin yang mencampakkan dorong
hawa nafsunya ketika ia dikuasai olehnya atau ia menguasainya"
"Dan ada
di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenimatan ini dan karunia serta
rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada
Allah Swt atas hal-hal itu"
Namun mereka tetap tidak memperhatikan kenikmatan-kenikmatan ini: mereka buta
terhadap segala suatu selain Allah Swt; maka mereka tidak melihat sesuatu pun
selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang
semacam ini memasuki pasar, mereka akan berkata: "Kami tidak melihat
sesuatu pun". Ya mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan
mata hati. Mereka melihat semua itu, tapi bukan dengan mata nafsu. Pandangan
itu adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan
lahiriah, bukan pandangan rohaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada
di pasar, tapi hati mereka melihat Tuhan --kadang keagungan-Nya dan kadang
Kemurahan-Nya.
Ada yang, ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh dengan kasih sayang
kepada orang di dalamnya karena Allah Swt. Rasa kasih sayang ini membuat mereka
bertafakkur dalam melihat hal-hal milik orang-orang ini dan yang di hadapan
mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa, sejak masuk hingga keluar dari
pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari Allah serta menjadi perantara bagi
orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih sayang. Hati-hati mereka berupaya
menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka. Lidah-lidah mereka diberikan
senantiasa memuji Allah atas semua yang telah mereka berikan kepada mereka dari
rahmat dan karunia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut pengawal-pengawal kota
dan abdi-abdi Allah. Bila kau mau kau dapat menyebut mereka orang berilmu, badal, penyayang dan penahan yang tersembunyi dan yang tampak,
yang dicintai-Nya dan khalifah-Nya di bumi bagi hamba-hamba-Nya, duta-Nya dan
pelaksana kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini, dapat dikatakan, sebagai batu
filosof. Ridha dan rahmat Allah ada pada orang-orang semacam ini dan pada orang
yang telah menghadapkan wajahnya kepada Allah dan yang mencapai puncak
singkapan rohani.
Kadang Allah memberitahu para wali-Nya, tentang kesalahan-kesalahan dan kepalsuan orang, dan
pernyataan-pernyataan palsunya tentang tindakan, kata, fikiran dan tujuannya.
Para waliullah dibuat amat cemburu akan Tuhannya, Nabi-Nya dan agama-Nya.
Kemarahan batiniah dan kemarahan lahiriah terpacu oleh fikirannya. Bagaimana
bisa senang, bila mempunyai penyakit dalam dan luar. Bagaimana bisa beriman
akan keEsaan Tuhan, bila berkencederungan kesyirikan manusia dari-Nya dan bila
masih berpihak kepada musuh, si setan yang terkutuk, dan si munafik yang kelak
dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal untuk selamanya? Menyebut
kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan kejinya dan pengakuannya
sebagai shiddiq, keberasingannya dengan mereka yang telah meluruhkan diri
ke dalam takdir, terluncur dari lidah sang wali.
Kadang dikarenakan kecemburuan akan keagungan Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha
agung. Kadang karena menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran
baginya; kadang karena Kemaha kuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang
palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan terhadap orang semacam itu, dan
"bolehkah para wali mengumpat seseorang? Bisakah mereka memperhatikan
seseorang, tidak hadir atau hadir, dan hal-hal yang asing bagi orang-orang yang
berkedudukan?" Pengutukan semacam itu, dari mereka, tidak melebihi firman
Allah:
"Dosa
keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya" (QS. 2:219)
Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan
berupaya mendapatkan keabsahan-Nya, tidak berkeberatan terhadap kehendak-Nya
dan wali-Nya yang mencerca pernyataan-pernyataan si palsu. Jika ia bersikap
demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang
sebagai kembalinya dari kejahilian dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan
atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi
jurang kehancuran, karena kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki
yang dikehendaki-Nya kepada jalan kebenaran.
Masalah
yang pertama yang patut diperhatikan oleh orang yang berakal ialah keadaan dan
suasana dirinya sendiri, setelah itu barulah ia melihat atau memperhatikan
seluruh makhluk dan ciptaan. Dari semua itu , dapatlah difahami dari mana
sumber semua itu dan siapa yang menciptakan semua itu. Sebab, makhluk itu tanda
Al-khaliq (yang mencipta), tanda yang menunjukkan kekuasaan Yang Maha Gagah dan
menunjukkan bahwa yang menciptakan itu tentu Maha Bijaksana. Adanya makhluk
menunjukkan adanya Al-Khalik, karena keberadaan semua makhluk itu lantaran ada
yang menciptakannya. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam
ulasannya tentang firman Allah :
"Dan Dia jadikan
untukmu segala yang di langit dan yang di bumi".
Diriwayatkan bahwa ulasan ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam setiap sesuatu itu tersirat satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan
dalam setiap nama itu tersirat satu tanda untuk salah satu di antara
nama-namaNya. Dengan demikian, pasti kamu ada dalam salah satu di antara
nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya nampak melalui
kuasa-Nya dan zahir-Nya nampak melalui kebijaksanan-Nya. Dia nampak di dalam
sifat-sifat-Nya dan sifat-sifat-Nya terpelihara di dalam
perbuatan-perbuatan-Nya . Dia menampakkan ilmu-Nya melalui iradat-Nya dan Dia
menyatakan iradat-Nya didalam gerak-Nya. Dia menyembunyikan kemahiran dan
kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya melalui
iradat-Nya. Maka, Dia tersembunyi di dalam ghaib-Nya dan tampak di dalam
kebijaksanaan dan kekuasaanNya.
Firman Allah :
Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS,
42:11)
Sesungguhnya banyak rahasia-rahasia ilmu kerohanian di dalam kenyataan ini yang
tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak memiliki sinar kerohanian di dalam
hatinya. Ibnu Abbas mendapatkan ilmu itu dikarenakan doa Nabi Muhammad saw,
untuknya. Nabi mendoakannya, " Ya Allah, berilah ia pengetahuan tentang
agama dan ajarlah ia pengertian tentang Al-Quran".
Semoga kita mendapatkan limpahan karuniaNya dan dimasukkan ke dalam orang-orang
yang mendapatkan rahmatNya di hari kebangkitan kelak.
Bertakwalah
kepada Allah, taatilah Dia, milikilah kesucian hati, kendali diri, kebiasaan
memberikan hal-hal bermanfaat. Jauhkanlah penderitaan dan kemiskinan, jagalah
kesucian rohani, bergaullah dengan sesamamu, nasehatilah kaum muda dengan
kebaikan, jauhilah permusuhan dengan sahabat, jauhilah pula mereka yang salik,
dan bertolong-tolonganlah dalam hal-hal agama dan dunia. Hakikat kemiskinan
agamis berupa ketidak bolehan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada
sesamanya. Hakikat kekayaan agamis berupa ketidak butuhan akan ciptaan, semisal
diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan dan pematangan diri dari hal-hal yang
disukai dan dihalalkan. Jangan berpintar-diri di hadapan seorang darwis, sebab
unjuk pengetahuan membuatnya tidak senang. Bersikap lembutlah terhadapnya,
sebab kelembutan membuatnya senang. Tasawuf didasarkan pada delapan hal:
1.
Kemurahan Nabi Ibrahim;
2.
Kepasrahan Nabi Ishak;
3.
Kesabaran Nabi Ya'kub;
4.
Doa Nabi Zakaria;
5.
Kemiskinan Nabi Yahya;
6.
Berpakaian Wool seperti Nabi Musa;
7.
Berlanglang Buana seperti Nabi Isa;
8.
Kesahajaan Nabi Muhammad saw
Punyailah
kekayaan, harga diri, kemiskinan dan kerendah-hatian. Wajib bagimu berendah
hati dan bersungguh-sungguh terhadap Sang Pencipta. Jangan salahkan Dia, karena
sarana duniawi. Jangan kau rusak hak saudaramu karena kau dan dia adalah kawan.
Berkawanlah selalu dengan para darwis, dengan rendah hati, sikap baik dan
keterbukaan. Bunuhlah kedirian hingga tercapai kehidupan dalam rohani. Yang
terdekat dengan Allah ialah yang paling besar hati dalam berperilaku. Amal
terbaik ialah menjaga diri dari selain-Nya. Nasehatilah selalu orang agar
berteguh pada kebenaran dan kesabaran. Cukuplah bagimu bergaul dengan para
darwis, dan mengabdi kepada para wali.
Darwis adalah orang yang acuh-tak-acuh terhadap selain Allah. Menyerang yang di
bawahmu adalah pengecut. Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan,
dan menyerang yang sejajar denganmu adalah tidak baik. Menjalani kehidupan
darwis dan sufi membutuhkan upaya serius. Semoga Allah mengkaruniai kita
kekuatan. Duhai Wali!
Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal ini membawa kebaikan dan juga
kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan
segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa menghadapi segala
ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.
Ketahuilah bahwa kau akan ditanya tentang gerak-gerikmu. Selamatkanlah anasir
tubuhmu dari ketidak-bergunaan. Wajiblah bagimu mentaati Allah, Rasul-Nya dan
mereka yang mesti ditaati. Fikirkanlah kaum Muslim, dan jangan berburuk niat
kepada mereka, entah entah dalam hati, ucapan atau tindakan.
Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah kepada Allah Yang Maha
kuasa lagi Maha agung. Wajib bagimu makan segala yang dihalalkan, dan
bertanyalah, tentang yang tidak kau ketahui, kepada orang yang memiliki
ma'rifat. Berbaiklah senantiasa terhadap Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung.
Bersamalah dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang dibutuhkan untuk
bersama-Nya.
Bersedekahlah di kala pagi. Berdoalah di malam hari bagi Muslim yang meninggal.
Ucapkanlah tujuh kali di pagi hari dan petang hari. Allahumma ajirna minan nar, yang maknanya,
"Ya Allah! Lindungilah kami dari api neraka." Berdoalah selalu: A'udzubillahi-is-sma'i-il-'alim
minasy-syaithan-ir-rajim, yang maknanya, "Aku berlindung
kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari setan yang
terkutuk."
Lalu agungkanlah Dia dengan ayat-ayat terakhir Surah Hasyr:
"Dialah
Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dialah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang. Dialah Allah, yang tiada Tuhan
selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, yang mengkaruniakan
keamanan, Yang Maha memelihara, Yang Maha perkasa, Yang Maha kuasa, yang
memiliki segala keagungan. Maha suci Allah dari segala yang mereka
persekutukan. Dialah Allah, Pencipta, Pewujud, Pembentuk, Pemilik nama-nama
terbaik. Bertasbihlah kepada-Nya segala yang di langit dan di bumi. Dan Dialah
yang Maha kuasa lagi Maha bijaksana."
Bersamalah
dengan Allah, seolah-olah tiada ciptaan. Bersamalah dengan ciptaan seolah-olah
tiada diri. Bila bersama Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tanpa ciptaan,
Dia tercapai, dan jauh dari selain-Nya. Bila bersama ciptaan, tanpa diri,
keadilan tergapai, kebajikan terbantu, dan selamatlah dari kekerasan kehidupan.
Tinggalkanlah segala suatu di luar pintu, bila memasuki pintu uzlah. Maka terlihat
oleh mata batinmu temanmu dalam uzlah-mu, terasakan hal
di luar ciptaan, lenyaplah diri, dan digantikan oleh perintah-Nya dan
kedekatan-Nya. Maka ketidak-tahuanmu menjadi ketahuanmu, kejauhanmu menjadi
kedekatanmu, kediamanmu menjadi pengingatanmu akan-Nya, dan kebuasanmu menjadi
kekaribanmu. Duhai! Tiada lagi tersisa di sana, selain Sang Pencipta dan
ciptaan. Maka jika Sang Pencipta telah dipilih, ucapkanlah:
"Sesungguhnya
mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS.26:77)
Barangsiapa
telah merasakannya, ia telah mengetahuinya.
Ia ditanya, "Bagaimana kepahitan mengatasi kemanisan?" "Mesti
berupaya menjauhkan kedirian. Duhai! Bila seorang mukmin berbuat kebajikan,
maka hewaninya tunduk kepada hati. Bila diri mencapai kesadaran hati, maka
berubahlah hati menjadi suatu rahasia; rahasiapun berubah menjadi kemusnahan;
kemusnahan berubah menjadi kemaujudan lain," jawabnya. "Kawan bisa
mencapai lewat setiap pintu. Duhai! Peluruhan diri ialah mengingkari semua
ciptaan, merubah sifat menjadi sifat malaikat; lenyap dari sifat malaikat dan
kembali ke semula. Maka Tuhan menyiramimu sesuka-Nya, dan membajakmu
sesuka-Nya. Bila menghendaki peringkat ini, pilihlah Islam, dan tunduklah
kepada ketetapan-Nya, maka tergapailah ma'rifat, tersadarilah Ia, termaujudlah
diri di dalam-Nya, dan menjadilah diri milik-Nya. Kesalehan ialah karya satu
jam dan kebertarakan dua jam, sedang pengetahuan Allah adalah karya
abadi," lanjutnya. Ada sepuluh sifat pada salik, pemawas-diri dan
peraih tujuan rohani.
- Tidak bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak,
entah sengaja atau tidak. Sebab bila hal ini termapankan, dan lidah
terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang
di dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak.
Nah, bila ia menjadi begini, Allah membukakan baginya pintu nur-Nya. Hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya
termuliakan, langkah dan kesabarannya terkuatkan. Maka, dipujilah dan
dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan sahabatnya, sehingga yang
tahu dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut kepadanya.
- Menghindar dari berbicara tidak benar, entah serius
atau bercanda. Sebab bila ia melakukan dan mengukuhkan hal ini pada
dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya, maka Allah membuka
dengannya hatinya, dan menjernihkan dengannya pengetahuannya, sehingga ia
nampak tidak tahu kepalsuan. Bila ia mendengarnya dari orang lain, ia
memandangnya sebagai noda besar, dan termalukan olehnya. Bila ia memohon
kepada Allah agar menjauhkannya, maka baginya pahala.
- Menjaga janji. Sungguh, hal ini demikian menguatkannya,
sebab mengingkari janji termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu
kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq dan mulialah ia di hadapan Allah.
- Tidak mengutuk sesuatu makhluk pun, tidak merusak
sesuatu pun, meski sekecil atom pun, dan bahkan yang lebih kecil darinya.
Sebab hal ini termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan. Berlaku
berdasarkan prinsip ini, memperolehi husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan kedudukannya, Ia
melindunginya dari kehancuran, dan mengkaruniainya kasih sayang dan
kedekatan dengan-Nya.
- Tidak mendoakan keburukan bagi seorang pun, meski ia
telah dizalimi. Lidah dan geraknya tidak mendendam, tapi bersabar demi
Allah. Hal ini membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat.
Ia menjadi dicintai dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik
dekat maupun jauh.
- Tidak berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan
kemunafikan mereka yang se-kiblat. Sifat ini menciptakan kesempurnaan
dalam mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah
dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat dengan ridha dan kasih
sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari Allah Yang Maha
mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan
atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
- Tidak melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun
batiniah. Mencegah anasir tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan suatu
tindakan tercepat dalam membawa balasan bagi hati dan anasir tubuh di
dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk
berlaku begini, dan menjauhkan kedirian (penting diri) dari hati
kita.
- Tidak membebani seorang pun, entah dengan beban ringan
atau berat. Tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak.
Hal ini menjadikan hamba-hamba Allah dan para saleh mulia, dan memacu
orang untuk ber-amar
ma'ruf nahi munkar. Hal
ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah dan para saleh, dan
baginya segenap makhluk nampak sama. Maka Allah membuat hatinya tidak
butuh, yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tidak meninggikan seorang pun,
bila masih terikat kedirian. Bagi orang semacam ini, semua makhluk
memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan
bagi para mukmin dan para saleh, dan pintu terdekat kepada keikhlasan.
- Bersih dari segala harapan insan, dan tidak merasa
tergoda hatinya oleh milikan mereka. Sungguh, inilah kemuliaan besar,
ketakbutuhan sejati, kerajaan besar, pujian agung, kepastian nan tegar
kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan
kepada-Nya, yang memampukan orang meraih ketakwaan kepada-Nya, dan
pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
- Rendah hati. Dengan ini, sang hamba termuliakan dan
sempurna di hadapan Allah (Maha agung Dia) dan insan. Inilah sifat
penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala
suka dan duka, dan inilah kesalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang
hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia berkata, "Mungkin orang
ini lebih baik dariku di hadapan Allah, dan lebih tinggi
kedudukannya." Mengenai orang kecil, sang hamba berkata, "Orang
ini tidak menentang Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia lebih baik
dariku." Mengenai orang tua, sang hamba berkata, "Orang ini
telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku." Mengenai orang alim, sang
hamba berkata, "Orang ini telah dianugerahi yang tidak ada padaku, ia
telah memperoleh yang tidak kuperoleh, ia mengetahui yang tidak kuketahui,
dan ia bertindak dengan pengetahuan." Mengenai orang bodoh, sang hamba
berkata, "Orang ini tidak mematuhi-Nya karena tidak tahu, dan aku
tidak mematuhi-Nya meski aku tau, dan ku tidak tau akhir hayatku dan akhir
hayatnya." Mengenai orang kafir, sang hamba berkata, "Entahlah,
mungkin ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tidak
beriman."
Inilah pintu kasih sayang dan
ketakutan.
Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala
bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang
musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu
kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan
diri, agamis, duniawi dan rohani tercampakkan. Inilah hakikat pengabdian
kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti
menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tidak sempurna tanpa hal
ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada segala
keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tidak menegur seseorang dengan keburukan,
sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan
menghancurkan kezuhudan. Kala sang wali menghadapi sakaratul maut, putranya,
Abdul Wahab berkata kepadanya, "Apa yang mesti kulakukan sepeninggal
ayah?" "Kamu mesti takut kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya,
jangan berharap kepada selain-Nya, dan berpasrahlah hanya kepada-Nya,"
jawabnya.
Selanjutnya ia berkata, "Aku adalah biji tidak berkulit. Orang lain telah
datang kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka. Inilah manfaat
nan besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini. Atas mu kedamaian,
kasih dan rahmat Allah. Semoga Dia melindungiku dan kamu, dan mengasihiku dan
kamu. Ku mulai senantiasa dengan asma Allah."
Ia terus berkata begini satu hari satu malam, "Celakalah kau, aku tidak
takut sesuatu pun, baik malaikat maupun malakul maut. Duhai malakul maut!
Bukanlah kau, tapi sahabatku yang bermurah kepadaku."
Lantas pada malam kewafatannya, ia memekik keras, dan kata kedua putranya,
Abdur-Razaq dan Musa, dia mengangkat dan merentangkan kedua tangannya lalu
berkata, "Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertaubatlah dan
ikutilah jalan ini. Kini aku datang kepadamu."
Dia berkata, "Tunggu". Dan, meninggallah dia.
Antara
aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana antara langit dan bumi. Maka,
jangan memandangku sebagai mereka, jangan pula memandang mereka sebagai aku.
Bertanyalah Abdul Aziz, putranya, kepadanya tentang keadaannya. "Hendaknya
jangan bertanya kepadaku tentang sesuatu pun. Aku sedang mengalami perubahan
ma'rifat," jawabnya.
Selanjutnya dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang penyakitnya.
"Tidak satu insan pun, tidak satu jin pun, tidak satu malaikat pun tau
penyakitku. Pengetahuan-Nya tidak terhapus oleh perintah-Nya. Perintah berubah,
sedang pengetahuan tidak berubah. Allah Maha berkehendak, dan oleh-Nya Kitab
Suci mewujud.
"Dia tidak ditanya
tentang yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang ditanya."
(QS.21:23)
Putranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya, "Mana yang sakit?"
"Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku," jawabnya.
Ia berkata, "Aku mencari pertolongan Allah dengan, 'Tiada sesembahan
selain Dia, Maha agung, Maha mulia lagi Maha abadi Dia, dan Muhammad adalah
Rasul-Nya."
Putranya, Musa, berkata bahwa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya
tidak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang-ulang kata Taazzaza ini,
diperpanjangnya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan
benar. Lalu ia berkata, "Allah, Allah, Allah," suaranya melemah,
lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari
jasadnya -ridha Allah atasnya. Semoga Dia menganugerahi kita dan semua Muslim
husnul khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi saleh. Amin! Amin! Ya
Rabbal Alamin